Foto: Andi Naja FP Paraga (Penulis)
Oleh : Andi Naja FP Paraga
Stramed, Merubah prioritas adalah keniscayaan yang harus dilakukan oleh semua pihak termasuk pemerintah. Bergesernya prioritas ini dilakukan demi menghadapi dampak sosial ekonomi akibat Virus Corona. Negara memastikan ditengah stagnasi aktifitas ekonomi nasional diusahakan tetap berjalan dan dampak sosial yang ditimbulkan bisa dikurangi. Mengurangi kepanikan tentu aspek yang paling penting karena kepanikan justru akan semakin memperparah kondisi dan situasi Sosial.
Pemerintah dari pusat hingga daerah melakukan revisi anggaran besar-besaran. Belanja-belanja prioritas pun berubah,proyek-proyek fisik banyak yang dihentikan agar budget yang disediakan untuk proyek fisik bisa dialihkan kepada pos-pos untuk mengatasi dampak Covid 19. Ini tentu bentuk pergeseran prioritas yang sangat fantastis.
Kita pun melihat perubahan keperdulian masyarakat terhadap kesehatan diri,keluarga dan lingkungannya dari yang disiplin menjadi semakin disiplin dan dari tidak biasa disiplin seketika berusaha untuk disiplin. Memakai masker dan mencuci tangan dibiasakan dimana sebelumnya dianggap hal yang sepele. Kekhawatiran akan kesehatan ini jelas sebuah perubahan yang bagus. Disetiap gang ada sarana cuci tangan berupa gentong air dan sabun sebuah hal yang tidak ditemukan sebelum Covid 19. Rasanya pola menjaga kebersihan ini harus dipertahankan pasca Covid 19 untuk seterusnya dan selamanya.
Perubahan sosial yang tak kalah menonjol juga disisi pengamalan ibadah keagamaan. Tingkat kepatuhan masyarakat terhadap social distancing mengalihkan fokus ibadah dari berjama’ah di rumah Ibadah kepada meningkatkan kualitas ibadah dirumah tempat tinggal. Ibadah berjama’ah dirumah membuat suasana rumah tangga lebih rukun dan lebih akrab. Karena itu untuk menghadapi bulan puasa semua pihak jauh lebih siap termasuk tidak dianjurkannya Sholat Tarawih di masjid selama malam-malam bulan puasa. Masyarakat sudah siap bertaraweh dirumah masing-masing.
Tapi tentu perubahan-perubahan itu sebaiknya tidak merubah keseluruhan dari kehidupan sosial yang sudah menjadi ciri khas bangsa sejak dahulu kala. Melestarikan semangat ‘Gotong Royong’ didalam menghadapi masalah tentu harus terus ditunjukkan. Dampak krisis akibat Covid 19 telah menambah jumlah pekerja/buruh yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja dan dirumahkan. Dibutuhkan semangat kegotongroyongan mengatasi persoalan mereka. Kita berharap pemerintah dan lembaga-lembaga swasta dapat membantu mengatasi persoalan mereka selama belum bisa bekerja.
Perubahan besar justru pada dampak kejiwaan orang perorang dan masyarakat. Setiap orang merasa perlu menyadari kondisi ini sesuai kenyataan. Menerima fakta bahwa hidup tengah susah harus dilakukan. Banyaknya usaha ekonomi yang gagal menyadarkan akan pentingnya kesabaran. Banyaknya jumlah jemaah haji dan umroh yang terancam gagal sebaiknya melahirkan kesabaran yang besar. Perubahan-perubahan ini meniscayakan diri sebagai makhluk dimana seluruh rencana boleh disusun tapi lagi-lagi situasi dan kondisi dapat membatalkan semua rencana terlaksana.
Berfikir positif tentu harus dibiasakan bahkan menjadi kepribadian semua orang. Meningkatkan keyakinan kepada Tuhan YME harus terus dilakukan. Hidup dengan Positif Thinking dan ketaqwaan kepada Tuhan YME menjadi modal yang kuat untuk memulihkan kehidupan yang normal sebagaimana biasanya dan seharusnya. Hidup yang terasa surut kebelakang akibat Covid 19 harus diyakini sebagai cara Tuhan YME untuk melesatkan kita kepada kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera dalam waktu yang tidak lama. Bangunlah Optimisme setiap saat. Tetap semangat dan mari menciptakan kehidupan sosial yang lebih baik dari sebelumnya.(ANFPP 220420)
Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.