Stramed, Survei nasional pada 18-21 November 2020 menemukan bahwa cukup banyak warga yang tahu atau pernah dengar nama FPI (69%). Namun sikap warga terhadap FPI umumnya kurang positif, hanya disukai oleh kurang dari 50% dari yang tahu. Dukungan terhadap perjuangan FPI lebih rendah dibandingkan dengan dukungan terhadap NU dan Muhammadiyah. Hal ini terlihat dari temuan survei pada Januari 2018 lalu bahwa-di antara yang pernah dengar, yang mendukung perjuangan FPl hanya 33%, jauh rendah jika dibandingkan dukungan terhadap NU 80% dan Muhammadiyah 58%, demikian diungkapkan oleh Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, Ph.D, dalam rilis hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC, red), Kamis (26/11).
Secara umum warga menilai negatif acara resepsi pernikahan dan Maulid Nabi yang diselenggarakan oleh HRS yang dihadiri ribuan pengikutnya dengan tidak menerapkan protokol kesehatan (memakai masker dan menjaga jarak) secara ketat. Dari total 49% warga yang tahu acara tersebut, mayoritas (77%) setuju seandainya aparat keamanan membubarkan acara itu dengan alas an Covid-19. Warga pada umumnya lebih berpihak kepada aparat keamanan dibanding HRS dalam kasus ini, ujar Sirojudin.
Lebih banyak warga yang setuju (42%) dibanding yang tidak setuju (33%6) dengan pendapat bahwa “Gubernur DKI Jakarta telah gagal menjalankan aturan PSBB secara adil kepada semua warga DKI Jakarta tanpa memandang etnis, agama atau golongannya”. Sikap warga tersebut tampaknya berhubungan dengan awareness terhadap acara resepsi pernikahan dan maulid Nabi yang diselenggarakan HRS. Di antara yang tahu acara tersebut, yang setuju dengan pendapat bahwa Gubernur DKI Jakarta telah gagal menjalankan aturan PSBB secara adil mencapai 57%.
Acara Maulid Nabi Muhammad SAW atau walimatul urus yang digelar besar-besaran, dan tanpa protokol kesehatan, karena kita sekarang merasa, semua orang merasa tertekan, merasa terancam karena berada di situasi pandemi, tentu sentimen publik akan menentang terhadap kegiatan-kegiatan yang menyalahi protokol kesehatan itu. Kemudian Gubernur DKI tidak mendapatkan dukungan yang positif ketika dianggap terlalu longgar sikapnya, karena sebagian masyarakat merasa bahwa Gubernur DKI membiarkan saja kegiatan perhelatan puteri Rizieq Shihab itu diadakan. Oleh karena itu sentimen publik tetap negatif terhadap kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta yang terkesan membiarkan karena ada katakanlah konsesi-konsesi politik yang terjadi diantara mereka, ujar Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Noorhaidi Hasan, Ph.D menanggapi hasil survei SMRC.
Menurut Sosiolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Dr. Neng Dara Affiah, temuan survei hanya mengungkap soal masa-masa Covid-19, tentang kerumunan, padahal hemat saya ada yang bisa lebih jauh digali, tidak hanya sekedar itu. Misalnya apakah yang disukai dari publik atau yang tidak disukai dari publik itu kitab misoginisnya MRS terhadap perempuan, terutama misalnya pernyataannya dalam ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW, yang mengatakan “Lonte” kepada Nikita MIrzani dan juga kata-kata yang menurut saya kurang tepat disampaikan kepada Megawati misalnya.
Sedangkan Ketua LP2M UIN Jakarta Jajang Jahroni, Ph.D mengatakan bahwa retorika Rizieq itu tidak lebih dari provokasi, dangkal, dia hanya bisa menghasut, hanya bisa bikin orang marah, mengeluarkan kata-kata kotor diruang publik, menghina perempuan, menghina agama lain, menghina kepercayaan lain, menghina kelompok etnis lain, itu saja dan orang sebenarnya semakin muak dengan cara dakwah seperti itu yang sama sekali tidak santun. (Red)