Stramed, Perjalanan orang-orang yang akhirnya memeluk Islam memang selalu menarik untuk diikuti. Termasuk bule cantik asal Amerika Serikat, Fleur Rosanna. Kini, dia mantap menjadi mualaf setelah melewati proses yang amat panjang.
Fleur sendirilah yang telah menceritakan perjalanan panjangnya menuju Islam. Melalui sebuah video, dia bercerita sejak kecil dirinya tumbuh dalam keluarga Kristiani.
“Kami tidak berdoa di rumah. Pada saat bersamaan, kami ke gereja bisa satu tahun sekali kalau Natal, atau mungkin dua kali setahun kalau Paskah. Saat tiba di gereja, kami tidak berdoa tapi kami belajar di sekolah Kristen, di mana kami diajari tentang Injil,” kata Fleur Rosanna mengawali ceritanya, dikutip VIVA dari YouTube Barat Bersyahadat, Jumat, 21 Mei 2021.
Wanita yang kini mantap berhijab itu menambahkan, saat itu dia memiliki kitab Injil versi anak-anak yang sangat dia sukai. Namun, ketika menengok ke kehidupanya yang lalu, Rosanna merasa dibesarkan dengan moral dan nilai yang sama sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
“Lalu saat saya masih kecil, saya selalu percaya Tuhan itu ada. Tak ada keraguan saya terhadap Tuhan. Meksipun keluarga saya tidak meyakininnya,” ujarnya.
“Saya masih ingat waktu kecil mungkin umur 6 atau 7 tahun. Saya hanya rebahan di kasur, malah saya berlutut di dekat ranjang kemudian berdoa pada Tuhan. Ada semacam dorongan untuk berdoa pada Tuhan walau saya tak tahu caranya, tapi saya tetap berdoa. Lalu beranjak besar mungkin sekitar umur 7, 8, 9 tahun, saya berdoa tiap malam pada Tuhan terutama kalau mau ujian sekolah,” sambung dia.
Di saat bersamaan, Rosanna mulai memiliki hobi menulis yang terus ditekuni hingga remaja. Dan seiring bertambahnya usia, tema tulisannya jadi lebih agamais. Anehnya, Fleur selalu menulis tentang Islam, padahal dia tidak mengenal agama ini sama sekali.
“Ceritanya selalu tentang satu keluarga yang agamais dan tokoh utamanya itu 99 persen sangat Islami, dan saya tak tahu kenapa. Ini adalah murni minat saya yang aneh karena saya tumbuh di satu desa yang populasi Muslimnya itu nol,” tuturnya.
“Saya tidak pernah bertemu seorang Muslim satu pun di kehidupan nyata. Saya hanya seorang anak kecil yang tidak suka menonton berita TV dan sebagainya. Saya punya minat ‘aneh’ pada Islam. Dan sekarang Islam adalah pandangan hidup buat saya,” pungkasnya.
Padahal ketika kecil, Fleur mengataka, Islam hanya dijadikan sebagai sebuah minat saja. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan akan menjadi seorang Muslim.
“Tapi saya memasukkannya ke dalam cerita-cerita saya. Dan untuk membuat cerita-cerita saya lebih berlandaskan pada kenyataan, saya rajin ke perpustakaan untuk membaca informasi tentang Islam. Jadi Islam sangat menarik bagi saya. Tapi agama ini tak berdampak pada diri saya,” kata dia.
Ketika beranjak remaja, bule cantik itu masih menekuni hobi menulisnya masih dengan tema yang sama. Meski ia kerap menulis tentang agama, namun di kehidupan nyata, Fruel mengaku tidak memiliki kedekatan dengan Tuhan.
“Lalu saya masuk SMA dan seperti saya bilang, di desa saya tak ada 1 muslim pun. Tak ada agama di lingkaran kehidupan langsung saya dan saya hilang hubungan dengan Tuhan. Beberapa tahun kemudian, saya masuk kuliah di kota besar. Di sana pertama kalinya saya bertemu dengan Muslim di kehidupan nyata. Ya, setidaknya orang yang mengaku Muslim,” terang dia.
Namun, diakui Rosanna, orang-orang Muslim yang dia temui saat itu tidak sama dengan apa yang dibayangkan. Bahkan jauh dari harapan, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dia yakini.
“Minat saya pada Islam tidak sirna sama sekali sebenarnya. Ini menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang Islam bagi saya dan saya tak tahu mesti bertanya pada siapa, hingga akhirnya saya bertemu suami. Jadi, suami saya adalah salah satu Muslim pertama yang saya temui yang sesuai dengan gambaran saya tentang Islam yang seharusnya,” imbuhnya.
“Dia cocok dengan Islam dalam cerita saya dan perilakunya pun cocok dengan saya. Jadi bagi saya, dia adalah orang yang pas untuk jawab semua pertanyaan saya. Intinya dia bisa memberikan jawaban atas pertanyaan saya dan semuanya logis. Karena semua logis bagi saya, saya jadi punya motivasi ekstra untuk meneliti Islam kembali,” sambungnya.
Fleur Rosanna kemudian lebih bersemangat untuk meneliti Islam secara akademik, bukan sekadar demi mencari materi untuk cerita yang dia tulis.
“Jadi ini adalah periode yang berlangsung 1 tahun atau bahkan kurang dari itu. Di periode ini saya betul-betul menggali tentang agama Islam. Saya lakukan penelitian, saya akhirnya memeluk Islam sebagai agama yang benar,” ungkapnya.
“Jadi catatan yang ingin saya tekankan adalah betapa penting menemukan orang yang tepat dalam perjalanan kita menuju Islam. Andaikan saya tidak bertemu suami, entah bagaimana saya termotivasi dan meneliti Islam lebih dalam lagi,” tutup Fleur Rosanna.(Viva)