Stramed, Presiden Emmanuel Macron menuduh Rusia dan Turki mencoba menebarkan sentimen anti-Prancis di Afrika.
Macron menuding Rusia dan Turki berupaya mendanai orang-orang yang mau menyebarkan kebencian terhadap Prancis melalui media.
“Kita tidak boleh naif dalam hal ini. Banyak dari mereka yang berbicara, yang membuat video, yang hadir di media berbahasa Prancis didanai oleh Rusia atau Turki,” kata Macron kepada majalah Jeune Afrique pada Jumat (20/11).
“Moskow dan Ankara berupaya memainkan kebencian dan luka lama pasca-kolonial di Afrika,” ucapnya menambahkan seperti dikutip AFP.
Macron juga menganggap Rusia dan Turki berusaha menyerang kepentingan dan reputasi Prancis.
Selama ini, sejumlah pengamat politik internasional menganggap Turki dan Prancis bersaing berupaya berebut pengaruh di sejumlah wilayah di sub-Sahara Afrika.
Prancis selama ini memiliki perjanjian yang begitu luas dengan banyak negara di sub-Sahara Afrika. Beberapa negara di kawasan itu pernah dijajah oleh Prancis di masa lalu.
Sementara itu, Turki dalam beberapa tahun terakhir terus beralih fokus diplomasinya ke Afrika setelah tiga dekade permintaannya menjadi anggota Uni Eropa tak kunjung mengalami kemajuan.
Di sisi lain, Rusia juga semakin aktif menegaskan pengaruhnya di Afrika. Beberapa analis menggambarkan pengaruh Rusia di Afrika bisa terlihat dari kehadiran sejumlah kelompok tentara bayaran Wagner yang pro-Kremlin di beberapa negara di kawasan itu.
Dalam kesempatan itu, Macron menegaskan kembali bahwa dia tidak menyerang Islam.
“Saya menyerang terorisme Islam,” kata Macron seperti dikutip AFP.
Selain akibat karikatur Nabi Muhammad yang dibela Macron, relasi Turki dan Prancis memang tengah merenggang akibat konflik di Suriah, Libya, dan Mediterania Timur.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan menganggap Macron perlu pergi memeriksakan kesehatan mentalnya setelah menganggap bahwa Islam berada dalam krisis dan mengaitkan agama tersebut dengan terorisme.(CNNIndonesia)