Foto: Dialog Kebangsaan bertema “Memperkokoh NKRI Ditengah Isu Radikalisme”, di Hotel Grand Edge Semarang (29/12), sumber foto: Istimewa
Stramed-Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan reuni 212 sebenarnya itu karena mereka sudah percaya diri untuk tampil di publik, padahal sebelumnya kelompok intoleran itu takut untuk menampakkan diri mereka di depan umum. Sekarang mereka malah berani melakukan unjuk rasa, sehingga kelompok ini dapat dinilai melakukan gerakan yang membahayakan
Demikian dikemukakan KH. Fadolan Musyafa’ dalam Dialog Kebangsaan bertema “Memperkokoh NKRI Ditengah Isu Radikalisme”, di Hotel Grand Edge Semarang (29/12/2019), dimana dialog tersebut diikuti perwakilan Ormas di wilayah Semarang, termasuk Front Pembela Islam.
Menurut pengasuh Pondok Pesantren Fadlun Fadlan Mijen Semarang ini, Indonesia bukan negara agama, tapi negara persatuan. Kita meneladani Nabi Muhammad SAW saat beliau mendirikan negara persatuan Madinah.
“Konsep Madinah itu bukan negara agama, tapi persatuan. Buktinya adalah berbagai macam keragaman agama ada seperti Majusi, Yahudi, dan Nasrani,” ujar KH. Fadolan Musyafa’ seraya menegaskan, Rasulullah berhasil membuat sebuah konstitusi kenegaraan yang mampu membuat semua warga negara sama derajatnya.
Sementara itu, Dr. Najahan Musyafa, salah seorang pengajar di UIN Walisongo, Semarang, Kota Semarang ini belum begitu aman, sementara banyak orang mengira bahwa Kota Semarang adalah kota yang aman, damai, dan toleran.
“Faktanya hasil penelitian saya menunjukkan hasil bahwa ada banyak kelompok intoleran yang hidup di Semarang. Kita pasti tidak sadar bahwa dedengkot teroris yang bernama Noordin M Top dan Dr. Azhar ini sering datang ke Semarang dan hidup nyaman tanpa gangguan, bahkan membuatnya heran karena mereka pernah menginap di rumah tetangga saya,” ujarnya.
Menurut Dr. Najahan Musyafa yang mengerti masalah terorisme ini, kelompok teroris banyak merekrut generasi muda berusia 17 sampai 35 tahun untuk dijadikan teroris.
Menurutnya, kelompok 212 sebenarnya itu adalah akumulasi ambisi mereka untuk merubah sistem negara, dan 212 itu akan selalu ada karena mereka sangat solid, sebab mereka mempunyai sel-sel gerakan akar rumput yang kuat. “Aktivis 212 bisa masuk ke masyarakat yang longgar seperti di perkotaan, apalagi tradisi ronda atau Siskamling yang sudah ada perlu dihidupkan lagi (Red).