KN. Emiten BUMN PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mencatatkan kerugian dan total liabilitas jangka pendek yang melebihi aset lancar. Auditor menilai kondisi tersebut menimbulkan keraguan atas kelangsungan usaha KRAS. Berdasarkan laporan keuangan 2023 yang diaudit, Auditor Laporan Keuangan KRAS, Amir Abadi, Aryanto Mawar dan Rekan, menyebutkan rugi komprehensif dan akumulasi rugi KRAS serta total liabilitas jangka pendek yang melebihi aset menimbulkan keraguan yang signifikan. “Kombinasi hal-hal tersebut di atas menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan Grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,” tulis Tim Auditor.
Secara lebih rinci, KRAS mencatatkan rugi komprehensif dan akumulasi rugi masing-masing sebesar US$66.537 dan US$634.765 sepanjang 2023. Selain itu, per akhir 2023 total liabilitas jangka pendek KRAS telah melebihi aset lancarnya sebesar US$1,49 juta.
Manajemen KRAS mengklaim akan melakukan langkah-langkah komprehensif untuk memenuhi kewajiban keuangan maupun operasional ke depan. Langkah tersebut di antaranya KRAS dan 10 kreditur restrukturisasi telah menyepakati perjanjian kredit restrukturisasi. KRAS juga menjalankan pelaksanaan MRA sehingga mampu melakukan pembayaran pokok utang Tranche A dan Tranche B.
KRAS juga menyampaikan rencana penyehatan keuangan dengan melakukan skema restrukturisasi lanjutan, KRAS akan menjalankan skema bisnis yang paling efisien agar unit bisnis yang menjalankan fasilitas HSM 1 dan CRM menjadi lebih profitable serta pengembangan bisnis anak perusahaan dan afiliasi. Seperti yang diketahui, per Desember 2023, KRAS mencatatkan total liabilitas sebesar US$2,35 miliar dengan rincian liabilitas jangka pendek tercatat sebesar US$2,16 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar US$190,48 juta.
Sementara itu total ekuitas KRAS sampai dengan akhir tahun 2023 sebesar US$496,80 juta. Adapun aset tercatat sebesar US$2,84 miliar dengan aset lancar sebesar US$671,35 juta dan aset tidak lancar sebanyak US$2,17 miliar. Kemudian KRAS membukukan penurunan pendapatan sepanjang 2023. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023, KRAS membukukan pendapatan US$1,45 miliar atau setara Rp22,44 triliun (kurs Jisdor Rp15.439 per dolar AS).
Pendapatan ini turun 35,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$2,23 miliar. Seiring dengan pendapatan dan laba operasi yang menurun, KRAS pun tercatat berbalik rugi US$130,21 juta atau setara Rp2,01 triliun dibandingkan tahun 2022 yang laba US$19,47 juta atau setara Rp300,65 miliar.
Emiten baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) membukukan penurunan pendapatan sepanjang 2023. KRAS pun mencatatkan rugi bersih dari sebelumnya laba. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2023, emiten pelat merah ini tercatat membukukan pendapatan US$1,45 miliar atau setara Rp22,44 triliun (kurs Jisdor Rp15.439 per dolar AS). Pendapatan ini turun 35,05% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$2,23 miliar.
Pendapatan Krakatau Steel ditopang oleh penjualan lokal yang sebesar US$1,19 miliar, turun 30,57% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar US$1,72 miliar. Sementara itu, penjualan luar negeri emiten berkode saham KRAS ini mencapai US$54,38 juta, terkoreksi 82,32% dari US$307,54 juta secara tahunan atau year-on-year (yoy). Secara segmen, penjualan produk baja masih mendominasi penjualan KRAS. Hingga 31 Desember 2023, KRAS tercatat mampu mencetak pendapatan neto dari segmen produk baja sebesar US$1,24 miliar.
Segmen lain yang menyumbang pendapatan neto KRAS adalah segmen sarana infrastruktur sebesar US$182,79 juta, segmen rekayasa dan konstruksi sebesar US$7,07 juta, dan jasa pengiriman barang US$5,95 juta. Menurunnya pendapatan ini juga membuat laba operasi Krakatau Steel sepanjang 2023 minus US$8,04 juta dari positif US$34,30 juta pada 2022.
Seiring dengan pendapatan dan laba operasi yang menurun, KRAS pun tercatat berbalik rugi US$130,21 juta atau setara Rp2,01 triliun dibandingkan tahun 2022 yang laba US$19,47 juta atau setara Rp300,65 miliar.
Sebelumnya, PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) akan menerapkan sejumlah strategi untuk melakukan penyehatan keuangan pada 2024, salah satunya membidik potensi proyek di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Tardi mengakui kinerja keuangan sepanjang tahun 2023 tidak akan lebih baik dari 2022. Musababnya, perseroan masih mengalami sejumlah tekanan, mulai dari pasar baja internasional yang melemah hingga turunnya permintaan. Pada saat bersamaan, kinerja perseroan juga terpukul karena fasilitas pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM 1) masih mengalami kendala. Sebagaimana diketahui, HSM1 mengalami kerusakan pada switch house finishing akibatnya fasilitas perusahaan ini berhenti beroperasi.
Kendati demikian, dia menyatakan bahwa perseroan telah menyiapkan beberapa langkah untuk mengurangi tekanan tersebut. Contoh, mengoptimalkan subholding yang ada di Krakatau Steel sampai dengan mengoptimalkan proyek di IKN Nusantara. “Serta memanfaatkan potensi-potensi seperti projek di IKN yang memberikan kontribusi signifikan” ujarnya dalam paparan publik beberapa waktu lalu. Tak cuma itu, Tardi menjelaskan bahwa perseroan juga akan mengoptimalkan kinerja dari subholding seperti PT Krakatau Sarana Infrastruktur (www.bisnis.com)