Oleh : Jelita Chantiqa
Di Medsos, heboh diviralkan peluncuran buku Fikih Kebhinekaan yang oleh kelompok tertentu dianggap membahayakan religiusitas keagamaan khususnya Islam.
Sementara itu, banyak kalangan juga menahan sesak dihati ketika sebelumnya diberitakan ada pesta sex kelompok gay di beberapa daerah, bahkan isu komunis yang dinilai akan bangkit juga membahayakan wawasan kebangsaan.
Ada beberapa pendapat yang muncul terkait fenomena terakhir yang berkembang pasca Pilpres antara lain, pertama, yang lalai umat Islam sendiri karena tidak bisa bersatu, bahkan hal ini terjadi karena semakin “moderatnya” Islam di Indonesia.
Kedua, LGBT, Komunis, Syiah dan kelompok anti Islam/Islamophobia semakin menggurita 5 tahun ke depan, disebabkan karena ada kesempatan dalam kesempitan.
Ketiga, mayoritas umat Islam juga tidak setuju adanya kelompok radikal yang keluar dari kontek Islam yang kaffah atau menyeluruh. Disisi lain, penerapan hukum Islam juga belum mendapat tempat yang tepat karena berbagai alasan heterogenisme. Dan itu bukan berarti tidak boleh, maka Islam memberi solusi lakum dinukum waliyadin. Bagi yang sadar itu, tidak perlu takut dengan perkembgn Islam.
Keempat, khawatir dengan perkembangan LGBT, Syiah, Islamophobia dan komunis berkembang, ada usulan yang menyebutkan bahwa harus menyusun kekuatan untuk mencegah 5 tahun kedepan mereka yang berkuasa, namun pertanyaannya kalau orang-orang yang perhatian soal ini tidak kerjasama dan mempunyai kesadaran, kita bisa kehilangan masa depan, dengan pernyataan lainnya apakah komunitas intelijen sudah memberikan early warning dari fenomena ini kepada end usernya. Wallohualam bishowaab.
Penulis adalah pemerhati Indonesia.
Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.