Foto: Walikota Surabaya Tri Rismaharini, sumber foto: Wikipedia
Oleh : Ayyas
Stramed, Anies terus dibanding-bandingkan dengan Risma. Meskipun Anies seorang gubernur dan Risma hanya Wali Kota, Risma dinilai lebih hebat dari pada Anies. Risma dinilai jauh lebih layak untuk memimpin provinsi seperti DKI Jakarta. DPRD DKI bahkan terang-terangan meminta Risma untuk menangani persoalan sampah di DKI Jakarta. Ini adalah kode bahwa DPRD DKI tidak puas dengan kinerja Anies.
Memang amat memprihatinkan. Ketika hanya dengam 33 milyar, Risma bisa menyelesaikan persoalan sampah di Surabaya, Anies yang dengan anggaran hingga 3 trilyun ternyata tak juga bisa menyelesaikan persoalan sampah di DKI Jakarta. Duit sebesar itu lari kemana saja?
Sepak terjang Risma memang bertolak belakang dengan Anies. Risma tak banyak bicara. Beliau lebih banyak bekerja dari pada berkata-kata. Tanpa banyak pamer program sana-sini di media, tahu-tahu kita dibuat berdecak kagum dengan perubahan kota Surabaya. Sederet penghargaan Internasional didapatkan kota Surabaya, hal yang tak bisa didapat oleh Jakarta. Yang terjadi, Jakarta justru mendapat label salah satu kota paling berpolusi.
Sebaliknya, Anies lebih banyak berkata-kata dibanding bekerja. Kalau sudah olah kata, Anies jagonya. Soal ngeles, Anies juaranya. Saya kira tak ada satupun orang Indonesia yang bisa mendebatbya. Soal kerajinan bambu yang hanya buang-buang duit, Anies masih saja bisa ngeles. Saya yakin sebenarnya diantara JKT 58 sebenarnya sudah muak dengan Anies.
Kiprah Risma di Surabaya tidak lama lagi akan berakhir. Risma telah menjabat Wali Kota Surabaya selama dua periode. Tahun 2020 warga Surabaya bakal berduka, ditinggal Wali Kota yang amat luar biasa. Untuk orang sekaliber Risma, sangat sayang kalau beliau tidak melanjutkan karir politik yang lebih tinggi lagi. Risma adalah permata yang dimilki PDI P, di tengah krisis kader di beberapa partai politik. PDI P harus memberikan amanah ke Risma untuk maju menjadi calon gubernur.
Publik pun mulai berharap, tangan dingin Risma bisa membereskan persoalan yang kompleks di DKI Jakarta. Pada Pilkada DKI 2022, publik menjagogkan duel Risma vs Anies. Dengan prestasi hebat yang ditorehkan di Surabaya, Risma memang diprediksi bakal jadi lawan tangguh Anies. Namun bukan berarti jalan Risma untuk menuju kursi DKI 1 mulus dan tanpa terjal. Risma tetap akan menjadi sasaran empuk isu sara jika maju di Pilkada DKI 2022.
Risma memang tidak seperti Ahok. Risma orang Islam dan asli Jawa, sedangkan Ahok non-muslim dan etnis China. Tapi bukan berarti Risma bakal terlepas dari isu sara yang dilemparkan kelompok yang suka jualan ayat. Risma tetap akan dijegal dengan ayat lagi. Soalnya, Risma adalah kader PDI P. Gerombolan pendukung Anies amat tidak suka dengan PDI P beserta kader-kadernya. Lalu isu apa yang akan dilemparkan ke Risma? Jawabannya seperti isu yang dilempar ke Megawati saat Pilpres satu dekade yang lalu, yaitu soal kepemimpinan perempuan.
Jika Ahok diserang dengan Surat Al-Maidah ayat 51, Risma akan diserang dengan Surat An-Nisa ayat 34 yaitu ayat yang berbunyi “Arrijaalu Qowwamuuna ‘Alan Nisa”, yang artinya: “Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita”. Risma akan dikampanyekan haram dipilih karena wanita tidak boleh menjadi pemimpin dengan argumen surat An-Nisa ayat 34. Mereka akan menjual ayat tersebut untuk berkampanye bahwa Risma haram dipilih. Hanya itu satu-satunya isu sara yang dipakai untuk menyerang Risma. Celah lain sudah tidak ada.
Beruntung Risma adalah orang asli Indonesia, seorang muslimah yang taat, plus memakai jilbab. Tak ada celah untuk menyerang Risma selain dengan isu keharaman memilih pemimpin perempuan. Namun PDI P tak perlu panik jika hendak mengusung Risma maju di Pilkada DKI 2022. Meskipun layaknya Ahok, yang amat garang ketika marah melihat kerja bawahan yang amburadul, Risma adalah seorang Ibu. Jarang sekali Risma terpancing dan terprovokasi hingga melontarkan kata-kata yang kasar. Risma pandai dalam mengendalikan emosi.
Selain itu, NU kemungkinan siap memback-up dengan menjelaskan kepada masyarakat soal tafsir Surat An-Nisa ayat 34 yang sebenarnya, tidak seperti yang dikampanyekan oleh kelompok sebelah. NU akan berupaya untuk menjaga kesakralan ayat suci Al-Qur’an agar tidak dijadikan dagangan politik.
Selain itu, masyarakat DKI tentu tidak ingin jatuh ke lubang yang sama. Sudah cukup dipimpin oleh orang yang tidak becus bekerja dan hanya pandai berkata-kata saja. Mereka merasakan langsung DKI Jakarta nyaris berjalan di tempat, kalau tidak dikatakan malah mundur sejak dipimpin oleh Anies. Surabaya menjadi begitu mempesona bagi warga DKI Jakarta sejak dipimpin oleh Risma.
Risma bisa menjadi oase warga DKI Jakarta yang sedang haus akan kemajuan kota. Dengan kiprahnya selama ini, saya yakim Risma tak akan kesulitan mengelola Jakarta. Pengalaman dua periode memimpin kota sebesar Surabaya bisa dikatakan sudah lebih dari cukup. Risma bisa napak tilas dengan kesuksesan Jokowi yang menjadi gubernur DKI setelah menjadi wali kota Solo selama dua periode.Saya berdoa dan berharap Risma bisa duduk di kursi DKI 1 pada Pilkada 2022.
*) Pemerhati Indonesia
Disclaimer: Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.