Foto: Ilustrasi, sumber foto: Medium
Oleh : Niha Alif
Stramed, Isu uang Indonesia dibawa lari keluar sebenarnya sudah ada sejak lama. Hal itu juga menjadi bahan kampanye Prabowo dalam menyindir Jokowi yang giat memajukan pertumbuhan start up unicorn di Indonesia. Bahkan Chairul Tanjung sebagai pemilik Trans Corp juga ikut menakut-nakuti masyarakat mengenai isu kepemilikan saham dari luar negeri. Entah apa maksudnya, padahal Indonesia sendiri mengenal BEJ dan IHSG dan dia juga termasuk pemegang saham.
Ada empat startup yang merupakan primadona investor asing dalam mengincar pasar Indonesia. Laporan Cruchbase, Go-Jek telah menghimpun dana lebih dari US$2,5 miliar dari investor asing. Investor utama Go-Jek adalah Tencent Holdings, JD.com Inc, Google dan Temasek Holdings.
Tokopedia sudah mendapatkan suntikan US$2 miliar lebih dari investor asing. Saat ini investor utama Tokopedia adalah Softbank, dan Alibaba. Traveloka sudah dapat suntikan US$500 juta lebih dengan investor asing JD.com Inc dan Expedia. Adapun Bakalapak baru saja disuntik investor asal Korea Naver Corp dan Mirae Asset.
Sebelumnya mantan Menko Bidang Perekonomian Chairul Tanjung (CT) mengingatkan bahwa perusahaan-perusahaan startup yang saat ini berkembang didominasi kepemilikannya oleh pihak asing. Dia berargumen, anak bangsa yang memiliki berbagai startup tersebut hanya memiliki saham yang kecil. Sebaliknya, kepemilikan saham terbesarnya adalah pihak asing.
CT mencontohkan dividen saat ini yang mencapai USD 1 juta yang dibayarkan Indonesia ke luar negeri. Itu karena banyak perusahaan yang dimiliki oleh investor asing di Indonesia. CT mengatakan, saat ini, para investor juga mau ‘membakar uangnya’ untuk mendapatkan database sebagai investasi jangka panjang. Dia mencontohkan investor Gojek yang rela mengucurkan dana banyak setiap bulan untuk menghidupkan Gojek.
Sontak analisa CT beserta kroninya menjadi bahan gorengan para kampret gagal move on hingga kini. Kalau tidak di klarifikasi, masyarakat akan dengan mudah terpancing isu murahan yang dihembuskan elit serigala berbulu domba tersebut.
Mereka mengisukan Tokopedia dikuasai Cina karena pemodal terbesarnya Alibaba adalah perusahaan Cina. Padahal Cina tak ada kaitannya dengan kepemilikan saham Alibaba selain pajak biasa yang harus dikeluarkan pemilik perusahaan. Serupa dengan Erick Tohir yang memiliki saham salah satu club sepakbola di Eropa. Apa artinya Eropa dikuasai Indonesia? Hahahahha konyol.
Pemerintah juga menjawab isu tersebut lewat pemberitaan warta ekonomi, disebutkan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menjawab kekhawatiran adanya arus modal keluar dari bisnis e-commerce. Dia mengatakan bisnis start-up untuk e-commerce punya komitmen kuat. Dia juga mengatakan hanya ada tiga cara agar modal e-commerce berubah yakni dengan melakukan Initial Public Offering (IPO), jual ke investor lain, atau nilainya diminimalkan.
Jadi investasi melalui pola ini harus komit total. Sekali masuk mereka tidak bisa keluar. Ini yang membedakan dengan pola menabung di deposito yang setiap saat bisa ditarik keluar. Thomas menerangkan, sumber pendanaan domestik dan asing sudah seimbang di sektor e-commerce dan start up digital. Lebih dari 95% pemilik dan pekerja di Unicorn adalah orang Indonesia.
Penempatan dana melalui modal ventura memang berbeda dengan konsep bisnis konvensional. Sumber daya manusia (human capital) atau pendiri (inovator) dari perusahaan start up menjadi penopang dari bisnis yang didanai modal ventura.
Peran pemodal ventura lebih pasif dibandingkan pemodal di bisnis lainnya. Mereka lebih percaya pendiri dan pelaksana bisnis e-commerce sebagai pengendali perusahaan. Investor modal ventura tidak mau membuat pendiri atau inovator dari bisnis e-commerce kehilangan peran.
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara juga menjelaskan model bisnis modern seperti perusahaan startup dikategorikan sebagai investor finansial yang memisahkan kepentingan pemodal dengan manajemen. Sebagai contoh, Alibaba sebagai perusahaan e-commerce terbesar di China, ternyata Jack Ma hanya memiliki sekitar 8% total valuasi yang dimiliki. Sisanya adalah milik investor asal Jepang, Softbank yang memiliki sekitar 30%. Dan investor asal Amerika, Yahoo, sekitar 20%.
Di Indonesia sendiri, menurut Rudiantara, pola investasi tersebut juga diadopsi oleh startup Indonesia. Karena itu, pemerintah mendorong agar para pendiri startup dan unicorn di Indonesia menjaga kontrol atas perusahaannya sendiri. Yang paling penting dengan masuknya banyak investasi, membuat perusahaan semakin besar, maka dampaknya akan semakin besar untuk keuntungan masyarakat Indonesia.
Semoga rakyat semakin cerdas agar tak termakan hoaks dan isu murahan yang menyatakan uang Indonesia dibawa kabur ke luar negeri. Beberapa perusahaan Indonesia seperti Djarum dan Astra juga memegang saham di beberapa Unicorn RI tapi jumlahnya tak sebesar suntikan modal dari luar. Harusnya para pengusaha kaya disini memberikan suntikan modal bagi para start up unicorn Indonesia ketimbang menakuti-nakuti uang kita dikuasai asing.
*) Pemerhati ekonomi
Disclaimer: Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.