Foto: Barang bukti yang disita dari pelaku, sumber foto: Kodim 0816/Sidoarjo/Jawapos
Stramed, Sunarto merasa gagah. Lelaki yang sehari-hari berdagang air mineral itu yakin dirinya telah direkrut menjadi anggota Badan Intelijen Negara (BIN) sesudah membayar Rp 85 juta. Padahal, seorang intel gadungan telah menipunya mentah-mentah. Maunya dapat untung, Sunarto malah buntung. Polisi meringkusnya.
Kasus BIN palsu itu telah ditangani Polresta Sidoarjo. Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan, kasus intelijen abal-abal itu terbongkar berkat kejelian seorang anggota intelijen Kodim 0816/Sidoarjo.
Awalnya, anggota tentara tersebut sedang menjalankan tugas untuk selalu dekat dengan rakyat. Dia memperoleh informasi penting. Yaitu, ada seseorang yang mengaku-aku sebagai anggota BIN. Dia berkeliaran di Desa Tropodo, Kecamatan Krian. Namanya Sunarto.
Kabarnya, pria baru 43 tahun tersebut juga sering mendatangi pabrik-pabrik. Tujuannya tidak jelas. Bukan hanya itu, Sunarto juga menawari teman-teman dan kenalannya untuk ramai-ramai menjadi anggota telik sandi. Syaratnya, membayar Rp 85 juta. Siapa pun bisa menjadi intelijen asal menyetor duit.
Anggota kodim itu pun menelusurinya. ’’Ini jelas abal-abal,’’ ungkap petugas intelijen asli itu kepada Jawa Pos kemarin (24/7). Kecurigaannya benar. Sunarto dipancing untuk ketemuan di sebuah pujasera kawasan Krian pada Senin (22/7).
Saat ditanyai identitasnya, Sunarto begitu percaya diri. Intel palsu tersebut menunjukkan kartu identitasnya kepada intel sejati. Apa itu? Ternyata identitas BIN yang dia tunjukkan hanya sebuah kartu seukuran kartu asuransi kesehatan. Warnanya biru mirip KTP. Seram, tapi lucu. Sebab, di kartu itu juga tertera izin memegang senjata api.
Tentu saja anggota TNI tersebut tersenyum. Sebab, tidak mungkin identitas BIN asli seperti itu. ’’Identitas BIN itu kecil,’’ ungkapnya. Jelas tidak mungkin seperti kartu identitas gadungan.
Sunarto dicecar banyak pertanyaan. Diinterogasi sampai wajahnya pucat pasi. Warga Desa Sugihwaras, Candi, itu kemudian ’’bernyanyi’’. Dia mengatakan belum setahun direkrut seseorang bernama Bambang Supeno, 53, menjadi intel gadungan. Nama tersebut mengaku sebagai BIN ketua divisi II.
Dengan bangga Sunarto bergabung. Waktu itu dia menyetor uang Rp 50 juta. ’’Padahal, sehari-hari Sunarto berjualan air mineral,’’ beber anggota TNI yang menginterogasi Sunarto. Sunarto juga diminta memanggil secara rahasia siapa Bambang Supeno yang sedang berada di Solo.
Kasatreskrim Polresta Sidoarjo Kompol Ali Purnomo membenarkan adanya pelimpahan kasus intel BIN abal-abal itu dari Kodim Sidoarjo. Hanya, dia enggan berkomentar panjang lebar dulu. Sebab, kasusnya sedang dikembangkan. Dia ingin memastikan ada atau tidak nama lain yang terlibat. ’’Nanti kalau sudah jelas semua, kami rilis. Besok (hari ini, Red) mungkin sudah bisa,’’ katanya.
Kartu Bikin Sendiri, Ngaku Berpangkat Jenderal
Sosok Bambang Supeno tiba di Sidoarjo. Dia naik bus dari Solo ke Terminal Bungurasih Senin malam (22/7). Begitu menginjakkan kaki di terminal, pria 53 tahun tersebut disergap. ’’Itu dalangnya,’’ kata anggota Kodim Sidoarjo yang namanya menolak disebutkan.
Bambang pun segera diinterogasi. Dia ngeyel. Masih berlagak sebagai anggota BIN. Malah, dia mengaku sebagai jenderal polisi bintang dua alias irjen pol. ’’Ini identitas saya,’’ ungkapnya kepada petugas. Jati diri Bambang Supeno pun dilacak. Tidak ada anggota BIN berpangkat irjen pol atas namanya.
Begitu kedoknya terbongkar, lelaki asal Lampung itu lemas. Belakangan identitasnya semakin terungkap. Bambang punya nama ganda, yaitu Imam Dofir. Dia dipecat dari anggota kepolisian pada 2000. Kali terakhir dia bertugas di Lampung dengan pangkat aiptu.
Kepada petugas, Bambang mengaku bahwa Sunarto bukan satu-satunya rekrutannya sebagai intel abal-abal. Ada seorang lagi warga Pasuruan. Namanya Sambul Bahri. Dia baru mampu membayar Rp 25 juta.
Mengapa mereka tertarik? Bambang mengiming-imingi hasil yang menggiurkan. Sunarto dan Samsul ditugasi blusukan ke perusahaan-perusahaan. Cukup menunjukkan kartu identitas, mereka bisa mendapat uang tambahan.
Mereka juga dijanjikan segera dilatih pada September di Madiun atau Malang. Bahkan, keduanya berpeluang menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Sunarto semakin tergiur karena juga boleh merekrut sendiri anggota baru. Mereka juga boleh menarik uang sebagai ganti setorannya kepada Bambang. Kartu identitas palsu dan berkas-berkas lain bisa dibuat sendiri.
’’Kasusnya sudah diserahkan ke polresta,’’ kata Dandim 0816/Sidoarjo Letkol (Kav) Arief Cahyo Widodo kemarin. Dia belum bersedia memberikan keterangan lebih lanjut.
sumber: Jawapos