Oleh Bustaman Al Kareung
KN, Sepertinya peak performance Timnas U 23 terjadi ketika melawan Australia, Jordania dan Korea Selatan, setelah itu apa benar atau tidak, Timnas Garuda Muda “dikerjai” oleh wasit, penampilan Witan Sulaeman cs semakin memburuk dan kurang enak ditonton ketika kalah di semifinal lawan Uzbekistan 0-2 dan dibekuk Iraq 1-2.
Ketika melawan Uzbekistan, kalau boleh dinilai rata rata 6,5 dan ketika melawan Iraq dapat dinilai 6. Apalagi Rizki Ridho absen lawan Iraq. Penguasaan bola Indonesia kurang elegan dan pemain mudah kehilangan bola dan killer pass tidak terlihat dari Nathan Tjoe A On maupun Ivar Jenner ke Struick maupun Sanantha sehingga mereka “mandul”.
Kinerja naturalisasi yang patut dinilai cukup baik hanya Nathan Tjoe A On. Hubner masih mudah emosional, Rafael Struick masih suka ego terlalu lama menggocek bola dan Ivar Jenner terlepas menciptakan gol lawan Iraq, sering kalah duel satu lawan satu dan operan one two passnya dengan pemain Timnas Indonesia sering lemah atau dipotong lawan.
Ernando Ari yang gagal menangkap bola di menit 29 menyebabkan Iraq bikin gol balasan. Sebagai kiper, kalau sudah meninggalkan gawangnya harus dapat tangkap atau halau bola, termasuk tidak boleh ceroboh keluar terlalu jauh dari gawang, sehingga Iraq gagal tambah gol karena tendangan mereka disapu Nathan Tjoe A On.
Witan Sulaeman, Marselino Ferdinan dan Pratama Arhan penampilannya saat lawan Iraq tidak sehebat sanjungan pecinta bola kepada mereka.
Masih ada kesempatan babak play-off lawan Guinea, tapi kalau gaya main Timnas U 23 seperti ketika lawan Uzbekistan dan Iraq, jangan harap banyak mimpi ke Perancis, karena bisa jadi Guinea lebih hebat dari Garuda Muda.
Penulis pemerhati masalah olahraga.