Foto: Ketua Umum MSBI Sarman El Hakim, sumber foto: Facebook.com
Stramed, Setiap Negara memiliki sejarah sepak bola masing-masing, itu divisualkan dengan kepentingannya, itu setiap Negara. Katakanlah Vietnam, waktu saya datang kesana saya tanya, apa manfaat sepak bola bagi Vietnam secara menyeluruh, dan orang federasinya bilang sepak bola itu untuk melupakan sejarah, jadi kepentingannya melupakan sejarah dulu, sejarah perang, kemudian menyatukan rakyatnya, lalu untuk bergaul di dunia internasional, dan menjadi duta negaranya, duta pariwisata juga, ujar Ketua Umum Masyarakat Sepak Bola Indonesia Sarman El Hakim kepada redaksi beberapa waktu lalu.
Dan sejarah sepak bola kita berbeda dengan Vietnam, karena sepak bola kita lebih awal merdeka dari pada kemerdekaan kita. Dimulai dengan PSM Makassar pada 2 November 1915, yang kemudian diikuti oleh daerah-daerah lain. Disitu sejarahnya untuk apa, tahunya sepak bola digunakan oleh pendiri bangsa untuk menyatukan bangsa ini selain ada kerajaan-kerajaan, dan ditumpangi beberapa kepentingan-kepentingan agama, kalau saat itu sepok bola digunakan untuk penyebaran agama yang lebih halus. Dan itu pun ditumpangi lagi dengan banyak kepentingan, dan semangat nasionalisme muncul, jadi dalam sepak bola itu bersatulah orang-orang yang non partisan, ungkap Sarman El Hakim.
Makanya dalam perjalanannya waktu perserikatan itu semangat kedaerahannya luar biasa. Semangat kedaerahan menuju tingkat nasional, maka dibangunlah oleh Bung Karno GBK selain untuk Asian Games. Sama seperti Inggris membangun stadion Wembley nya. Beda dengan yang dilakukan sekarang (PSSI saat ini.red), jelasnya.
Saat semangat kedaerahan memuncak, diketahui oleh Presiden Soeharto, sehingga dirubah dari Perserikatan menjadi Galatama, Galatama itu kepentingan siapa? Tapi ini kebablasan, karena kita Euphoria sekali dengan kejuaraan liga Eropa, makanya disaat tahun 80-an kita ingat terus yang namanya Liga Itali. Lalu muncullah naturalisasi, kebablasan juga akhirnya, karena gak ada orang yang menghentikan gerakan yang menyalahi tujuan sepak bola Indonesia. Inilah hasilnya dan akhirnya terbentuklah naturalisasi yang jumlahnya lebih dari pemain, dan dipakailah kepentingan para agen untuk kepentingan naturalisasi, akhirnya warnanya hilang, dan prestasinya juga hilang, terang Ketua Umum MSBI ini.
Menurut Sarman El Hakim, PSSI sekarang tidak ada arahnya, jadi PSSI saat ini tujuannya apa? Tidak jelas tujuannya. Kalau terakhir pidato Bung Karno mengatakan saat ulang tahun PSSI yang ke 20, Soekarno mengingatkan bahwa jangan pernah sepak bola itu dikelola perseorangan atau kelompok, baru kita lihat siapa yang mengelola sepak bola saat ini, PSSI, itu kan kelompok, pimpinannya perorangan. Setelah itu baru kita lihat bagaimana seorang Sekjen (Ratu Tisha.red) sudah keluar tapi masih aktif, berarti kan organisasi ini memang organisasi yang tidak tahu arah.
Sudah keluar dari sekjen, masih menjabat menjadi Wapres AFF dan Esco AFC, ada apa nih, kita bisa bedah. Sedangkan AFF tidak diakui prestasinya oleh FIFA, AFF diakui FIFA karena jumlah penontonnya saja yang banyak, tapi federasi itu tidak. Kapan AFF ini muncul, AFF muncul pada tahun 1986, itu saat PSSI dipimpin oleh Kardono, siapa Kardono ini, yaitu yang menjual skor waktu kita lawan Thailand, dan itu dibongkar oleh alm. Jhon Halmahera. Apa kehebatan Ratu Tisha? Tidak ada hebatnya, dia hanya mempermudah AFF agar Indonesia selalu ikut. Sedangkan hari ini AFF sudah tidak diminati lagi oleh raja sepak bola Asia Tenggara yaitu Thailand. Karena Thailand ingin berkonsentrasi ke Sea Games, Asian Games, Olimpiade dan Piala Dunia. Karena tingkatnya sudah Asia, buat apa turun lagi ke Asia Tenggara, karena sepak bola itu bukan olah raga yang mudah sebetulnya, dia perlu perhatian khusus karena mengatur manusia. Kenapa diatur, karena sepak bola olah raga yang non diskriminasi, semua orang ada disitu, semua karakter ada disitu, tandasnya.(Bima)