Foto: Rizieq Shihab, sumber foto: Lensaindonesia.com
Oleh : Thukul JS
Nama Habib Rizieq Shihab dikaitkan sebagai syarat rekonsiliasi pasca pilpres. Kelompok yang tidak setuju menilai rekonsiliasi tidak perlu “mahar” dan harus terkait masalah kebangsaan, sedangkan banyak kasus hukum hinggap ke Imam Besar FPI tersebut, sedangkan kelompok yang setuju syarat rekonsiliasi terkait Rizieq Shihab karena negara harus melindungi warganya, dan Rizieq tidak terbelit kasus hukum.
Dari perspektif intelijen, soal Habib Rizieq Shihab atau HRS dijadikan syarat rekonsiliasi akan berdampak positif bagi Jokowi dengan alasan antara lain : pertama, menyelamatkan wibawa Jokowi karena pernah menyatakan tidak ada lagi 01 atau 02 dan akan mengayomi seluruh komponen bangsa, sudah dapat dijadikan payung hukum rekonsiliasi. Menyelamatkan wibawa dan pengaruh Presiden, bagi intelijen adalah keniscayaan karena Presiden adalah single user dan end user bagi intelijen.
Kedua, Jokowi akan dinilai bersikap “menang ora ngasorake alias menang tanpa merendahkan” karena ternyata soal HRS jadi syarat rekobsiliasi diungkap Gerindra dan pernah dijanjikan Prabowo Subianto saat pilpres, karena Prabowo kalah maka tidak bisa ajak HRS pulang, sehingga alangkah eloknya jika Jokowi ambil alih untuk merealisasikan janji Prabowo.
Ketiga, figur HRS pasca “dirangkul” melalui rekonsiliasi, dapat dimanfaatkan untuk “mengendalikan” FPI dan basis massa 212 sehingga figur Jokowi dapat diterima mereka atau terbentuk framing bahwa segala level Islam menerima Jokowi. Jika kalangan intel mampu menggalang agar hal ini terwujud, maka Jokowi pasti tetsenyum.
Keempat, figur HRS sangat diperlukan Jokowi di periode keduanya untuk meminimalisir ancaman berkembangnya LGBT, Syiah, komunis dan Islamophobia. Sudah jelas intelijen harus memiliki kirka terkait ini dan untuk menihilkan ancaman maka yang paling logis dilakukan adalah menihilkan sikon yang memungkinkan ancaman dapat berkembang. HRS, PA 212 dan FPI bisa diajak kolaborasi untuk menihilkan sikon yang membahayakan Jokowi. Bagaimana pendapat Anda?
Penulis adalah pemerhati Indonesia. Tinggal di Klaten, Jawa Tengah
Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.