Foto: FGD Moderenisasi Pertanian, yang diadakan di Kedai Kopi Banksaku jalan Biak 14 BB, Jakarta Pusat, Rabu (14/08), Istimewa
Stramed, “Momentum moderenisasi pertanian itu bisa digali dari apa yang tertulis dalam buku The World is Flat (Bumi yang Datar) yang ditulis Thomas L Friedman. Bahwa barierrs to entry atau tembok penghalang pintu masuk di dunia akan hilang. Hal itu bersamaan dengan perubahan mendasar pada supply chain bahwa semua orang semakin bebas untuk memperoleh sumberdaya dalam mengkapitalisasi daya saingnya”, ungkap S Indro Tjahyono.
Hal itu disampaikan dalam focus group discussion (FGD) bertema “Moderenisasi Pertanian” Rabu, 14 Agustus 2019, di Cafe Banksaku, jalan Biak Jakarta Pusat. Pembicara lain dari FGD tersebut adalah Arista Panjaitan (Komunitas Alumni Perguruan Tinggi), Indira Santi Kertabudi (Lemhanas), dan Bram Julius (Ahli IT untuk Pangan).
Moderenisasi Gelombang Ketiga
Moderenisasi pertanian pada dasarnya adalah intervensi teknologi mutakhir ke dalam praktek-praktek pertanian. Dalam hal ini yang dimaksudkan bukan modernization for the sake of modernization atau moderenisasi semata-mata untuk moderenisasi. Moderenisasi di sini menempatkan teknologi bukan tujuan tetapi adalah alat, sedangkan tujuan akhirnya adalah emansipasi dan kesejahteraan petani.
Moderenisasi pada gelombang globalisasi ketiga (Globalisasi 3.0) kekuatan dinamisnya adalah individu-individu yang secara kasat mata kini telah mengglobal. Moderenisasi dan globalisasi tidak lagi didorong oleh mesin atau hardware semata, tetapi oleh jaringan software dan jaringan serat optik yang menghubungan semua manusia di dunia. Proses pendataran dunia ini adalah keniscayaan yang tidak lagi memberi tempat bagi mentalitas superior, mentalitas tertutup dari jejaring konspirasi, dan mentalitas monopolis dan oligopolis yang selama ini bangga dengan megakapital yang ada di tangannya.
Modernisasi pertanian intinya adalah bagaimana seluruh hardware dan software sistem pertanian kita menyesuaikan dengan Globalisasi 3.0. Para petani kita siapkan menjadi smart farmer yang mampu menjadi aktor utama saat proses pendataran atau perataan (flattening) dunia berlangsung. Sistem ini harus siap menggantikan jejaring konspirasi yang mengatur pangan dan pertanian kita selama ini yang sebentar lagi akan collaps.
Menyiapkan Penerapan Teknologi
Fenomena ditutupnya retail besar atau hypermarket oleh pemasaran secara online membuktikan kenyataan itu semakin dekat. Giant telah menutup beberapa retail menengah mereka yakni Giant Express, serta toko busana Ramayana juga telah menutup cabang-cabang mereka. Kita sekarang tidak perlu memusuhi pemegang monopoli input-input produksi pertanian yang pada era Globalisasi gelombang kedua cukup berjasa, tetapi bagaimana menyiapkan sistem pengganti kalau mereka benar-benar tiarap.
Agenda yang perlu kita siapkan dalam kerangka moderenisasi adalah bagaimana menyiapkan teknologi pertanian ,yang berbasis IT, itu diimplementasikan. Pemanfaatan teknologi merupakan suatu investasi yang menuntut perhitungan ekonomi yang matang. Harus jelas mana porsi pembiayaan oleh pemerintah dan mana yang menjadi tanggungjawab petani.
Dalam kaitan itu, pekerjaan rumah pertama yang harus diselesaikan adalah bagaimana menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang layak dan tidak merugikan petani. Harga harus dipahami sebagai insentif yang mujarab untuk memperbaiki nilai tukar petani (NTP) dan mempercepat kemajuan pertanian. Terakhir, karena menyangkut teknologi moderen, maka harus ada pendamping petani yang handal dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) bagi petani.
Selanjutnya harus diingat bahwa moderenisasi (teknologi pertanian) bukan soal gagah-gagahan dan sekedar pembaruan performance. Kita bisa lihat pada masa lalu banyak traktor tangan yang diberikan kepada petani tidak digunakan. Biaya usaha tani juga tetap tinggi, karena tidak ada alat angkut kecil yang bisa menjangkau sentra produksi pertanian yang berada di remote area.
Beberapa Syarat yang Harus Dipenuhi
Agar moderinisasi teknologi, baik hardware maupun software, bisa digunakan dengan baik ada sejumlah pertanyaan kunci yang harus dijawab. Pertama, apakah secara teknis dapat direalisasikan. Kementerian Pertanian dulu pernah punya rencana untuk memonitor hamparan budidaya pertanian melalui teknologi informasi yang bisa melaporkan secara realtime. Tetapi lantaran belum ada peraturan yang memadai untuk membiayai tenaga profesional yang akan mengoperasikan sistem tersebut, maka rencana itu tidak pernah terwujud.
Kedua, dalam menggunakan teknologi juga harus dijawab dulu pertanyaan apakah secara ekonomi menguntungkan? Banyak sekali konsep inovasi teknologi yang diberikan oleh pemerintah yang tidak memiliki kelayakan ekonomi. Misalnya pemberian traktor yang jenis bahan bakarnya sulit ditemukan di daerah tertentu.
Dalam berbagai kesempatan diskusi dan seminar pertanian, konsep resi gudang dijadikan strategi untuk mengatasi fluktuasi harga hasil pertanian dan ketergantungan terhadap ijon para tengkulak. Tapi sampai saat ini petani tidak banyak menggunakan resi gudang , karena dianggap terlalu rumit prosedurnya dan rendahnya kepercayaan petani terhadap keamanan gudang. Bagaimana petani bisa percaya kalau sebelumnya banyak diberitakan padi dan beras sering hilang dari gudang Bulog yang sekarang dijadikan resi gudang.
Keuntungan Teknologi
Jika berbagai pertanyaan kunci dalam melakukan moderenisasi teknologi pertanian di atas sudah bisa dijawab, sebenarnya teknologi membawa berbagai keuntungan. Antara lain teknologi bisa meningkatkan efisiensi dan efektifitas; menaikkan kuantitas, kualitas dan rendemen; mengurangi kadar air dan tingkat kerusakan; mempercepat proses; lebih praktis; lebih mudah; serta menolong dalam mewujudkan green product. Sayang kadang-kadang keuntungan dari teknologi tersebut tidak bisa tercapai.
Kelembagaan, menurut mashab tertentu, diklasifikasi sebagai infrastruktur atau teknologi dalam tata-laksana. Dengan demikian perubahan atau inovasi kelembagaan terkait pertanian harus dipahami seperti memperlakukan bagaimana teknologi diterapkan. Hal ini mengingat bahwa modernisasi teknologi harus dilakukan vis a vis dengan moderenisasi kelembagaan.
Namun nanti yang akan menyebabkan perubahan dahsyat adalah intervensi teknologi IT dalam pertanian dan pangan. Hal ini sudah diterapkan oleh satu kelompok inovator pertanian di Sukabumi yang memproduksi beras organik. Jenis padi yang akan ditanam dan bagaimana perlakuan yang harus diberikan kepada tanaman mengacu pada saran yang diberikan berdasar IT.
Peran teknologi informasi dalam pertanian terutama adalah memperbaiki akses (informasi). Di sini , misalnya petani bisa memiliki akses informasi tentang harga komoditas pertanian yang aktual. Kapan petani harus memanen, dengan mempertimbangkan jumlah komoditas yang berada di pasar agar mendapat tingkat harga jual yang optimum.
Inovasi dan penemuan teknologi di bidang pertanian bisa dilakukan sejak pengolahan lahan, budidaya (onfarm), panen, paska panen, dan teknologi pengolahan hasil pertanian. Transportasi untuk pemasaran hasil pertanian seperti yang dilakukan Thailand yang membangun cargo udara yang mengelilingi dunia merupakan contoh dari moderenisasi pertanian. Juga sebelumnya Cina pernah mengumumkan ditemukannya varietas padi yang bisa ditanam dengan pengairan air laut atau air asin.(Red)