![](https://kongkownews.com/wp-content/uploads/2024/06/Perkawinan-Heylaw.id_.jpg)
Perkawinan (Heylaw.id)
Dari Ustman bin Affan r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang sedang ihram (sedang mengerjakan haji atau umrah) tidak boleh mengawinkan, tidak boleh dikawinkan, dan tidak boleh meminang”.
Dari Ibnu Umar r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah seseorang membeli barang yang sedang dibeli oleh saudaranya dan janganlah meminang perempuan yang sedang dipinang oleh saudaranya, kecuali kalau sudah diizinkannya.”
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang perempuan janda tidak boleh dinikahkan sebelum ia dimintai pendapatnya. Dan tiada boleh dikawinkan gadis perawan sebelum diminta keizinannya”. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana keizinan perawan itu ?” Nabi Saw. menjawab, “Yakni apabila ia diam saja.”
Dari Ibnu Abbas r.a, ia bekata : Rasulullah Saw. bersabda, “Perempuan janda lebih berhak tentang dirinya sendiri daripada walinya. Dan gadis perawan diminta keizinan tentang dirinya dan izinnya itu diamnya (tidak menjawab)”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : Saya menanyakan kepada Rasulullah Saw. tentang anak gadis yang akan dikawinkan oleh keluarganya, apakah diminta pendapatnya atau tidak ? Beliau menjawab, “Ya, perlu”. Kata Aisyah, Saya berkata : “Ia merasa malu”. Rasulullah Saw. menjawab, “Kalau begitu, tanda setujunya ialah apabila ia diam saja”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. mengawini saya ketika berumur enam tahun. Dan beliau memboyong saya ke rumahnya pada saat saya berusia sembilan tahun”. Lebih lanjut Aisyah berkata : “Sesampainya di Madinah saya terserang penyakit demam yang membuat rambutku banyak yang rontok. Kemudian Ummu Rauman ibu kandungku menemui saya yang pada saat saya sedang bermain-main dengan beberapa orang kawan sebayaku. Ibu saya memanggilku, dan saya penuhi panggilannya, meskipun saya tidak mengerti punya maksud apa beliau terhadap diri saya. Tangan saya lalu digandengnya. Saya merasa kedinginan dan gemetar sekali ketika sudah berada di dekat pintu. Namun ibu saya langsung membawaku masuk ke sebuah rumah yang masih asing bagiku. Bagitu masuk, saya lihat beberapa orang wanita Anshar sudah berada di dalamnya. Dengan sikap penuh ramah dan hormat, mereka menyambut kedatangan saya. Dan ibu sayalah yang kemudian membalas sikap mereka itu dengan mengucapkan salam kepada mereka. Mereka lalu memandikan saya secantik mungkin. Saya semakin merasa kaget ketika harus dipertemukan dengan Rasulullah Saw. Ibukulah yang memberikan hormat salam kepada beliau”.