Foto: Veronica Koman, sumber foto: Nawacita Post
Oleh : An Davos
Stramed, Menjelang peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) tanggal 1 Desember 2019, Veronica Koman terus melakukan propaganda yang menyoroti berbagai permasalahan pelanggaran HAM di tanah Papua sebagai bahan jualannya untuk mendapat keuntungan pragmatis secara politik dan ekonomis.
Propaganda tersebut dilempar oleh Veronica Koman yang sebenarnya sudah ditangkap di Indonesia, namun berhasil kabur ke Australiaa melalui akun twitternya. Belum lama ini Veronica Koman menulis di twitternya antara lain “Scaremongering tactics in Timika, West Papua today. Similar “military exercise” was conducted in Jayapura and Wamena. All eyes on West Papua, 1 December is just around the corner”.
Kemudian menulis aktifitas dia menjadi pembicara di Kampus Australian National University (ANU) membahas pelanggaran HAM di Papua dengan mengutip di twitternya “I really enjoyed being one of several speakers on West Papua at ANU last night. Very encouraging that this topic filled the lecture theatre and raised interest among Australian and international students”.
Sayangnya “pembicaraan bullshit“ yang dikemukakan Veronica Koman yang memiliki hubungan dekat dengan kelompok pemberontak, separatis dan pengacau keamanan di Papua dipercaya oleh beberapa peserta dengan menulis “I think the Australian Government’s response has been incredibly weak given the amount of deaths that has occurred. The Australian Government should be pushing for @UNHumanRights to have access to #WestPapua.” Yang lainnya yang “tertipu” Koman menulis “Wonderful cross-party discussion on urgent #WestPapuan human rights abuses, and the need for #auspol action. Thank you”
Selanjutnya, dalam twitternya, Veronica Koman menulis antara lain “At Parliament House with @VeronicaKoman to talk about human rights violations in West Papua since the August demonstrations. Freedom of expression in West Papua is so so bad that they had to do this: – church as a safe place – impromptu demonstration.
Approaching West Papua day on 1 December, the situation is heating up.
Instead of releasing the 22 political prisoners charged with treason since late August 2019 to release the tension, more West Papuans are arrested for carrying Morning Star flags. West Papuans held an impromptu demonstration in a churchyard for around an hour before dispersed by security forces. They were commemorating the upcoming 1 December West Papua day”.
Aktifitas yang dilakukan Veronica Koman dalam twitternya jelas dapat dilakukan seenaknya di era media sosial, padahal aktifitas tersebut jelas-jelas bukan menyelesaikan masalah Papua, namun malah memperparahnya. Pendukung Veronica Koman jelas sudah terpetakan oleh aparat intelijen dan aparat keamanan di Indonesia.
Sebenarnya, masyarakat Papua mempercayai kutipan salah satu tokoh Papua yang menulis dan kemudian dikutip Koman karena dianggap mengganggu bisnisnya “menginternasionalisasi” masalah Papua. Pendapat tokoh asal Papua dengan inisial “AK” adalah benar karena memang Benny Wenda tokoh sentral ULMWP dan “donator sekaligus penggerak OPM” ini telah menipu rakyat Papua, sehingga Victoria Koman ada niatan menipu masyarakat Papua jika tidak setuju dengan pendapat “AK” tersebut, karena apa yang dikemukakan AK juga merupakan ekspresi “freedom of expression” juga. Bagaimana pendapat Anda?
*) Penulis adalah pemerhati isu-isu Papua.
Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.