Foto: Ilustrasi, sumber foto: Indoprogres
Oleh: Wilnas
Stramed, Sudah merupakan “khittah” atau “given” dari Tuhan YME bahwa manusia adalah mahluk yang paling lengkap, dibekali akal atau pikiran, perasan dan emosi dalam mengarungi kehidupannya. Bahkan, sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk terus bekerja dan berinovasi sebagai bagian dari ijtihadnya untuk mendapatkan ridho Ilahi dalam kehidupannya. Oleh karena itu, manusia yang berpikir linier, monoton dan terjebak atau stagnan di zona nyaman jelas melawan kodratinya dan berlawanan dengan ajaran Islam. Mengacu kepada ajaran Islam, maka benar slogan yang dikemukakan Presiden Joko Widodo yaitu “Kerja, kerja dan kerja”.
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya. Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash “ 77).
Kita harus memiliki sikap kerja keras dalam diri kita dan itu dapat dilakukan dengan menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing yang dilandasi dengan ke taqwaan kepada Allah SWT. Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung“. Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah ayat 105 yang artinya: “Dan Katakanlah:
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan“
Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia.
Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari hasil keringat sendiri.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah : QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya: “Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Bekerja keras memiliki beberapa hikmah antara lain : pertama, mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan. Kedua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin. Ketiga, mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Keempat, meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan. Kelima, kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
Keenam, mampu hidup layak. Ketujuh, sukses meraih cita-cita. Kedelapan, mendapat pahala dari Allah SWT, karena bekerja keras merupakan bagian dari ibadah.
Sementara itu, kreatif berasal dari bahasa inggiris “create” artinya yang menciptakan sesuatu atau membuat. Sedangkan menurut istilah kreatif berarti suatu sikap yang selalu ingin berusaha membuat atau menciptakan sesuatu yang baru yang memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam perspektif Islam, kreatif di artikan sebagai kesadaran keimanan seseorang untuk menggunakan daya dan kemampuan yang dimiliki sebagai wujud syukur atas nikmat Allah guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfaat bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kepada Allah. (Anaz Azwar, 2007).
Di dalam alqur’an ada ayat yang berkaitan sebagai dasar untuk bersikap kreatif pada surat an-Nahl ayat 17 : Artinya: Maka Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. AN-Nahl: 17). (Departemen Agama, 1978).
Munandar (1997: 37) mendefinisikan kreativitas merupakan proses yang aktif, yang menuntut pelibatan diri dan inisiatif. Hampir sama dengan pendapat Munandar di atas, yaitu Hariwijaya (2009: 55) mendefinisikan istilah kreativitas mengacu pada proses mental yang membawa kepada solusi-solusi, ide-ide, konsep-konsep, bentuk-bentuk artistik, teori-teori dan produk-produk yang unik dan hal yang baru.
Orang kreatif adalah orang yang senantiasa memiliki daya cipta terhadap segala sesuatu. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan menemukan cara baru dalam kegiatannya adalah orang kreatif (Munandar, 1997: 32). Seorang pelukis yang mampu melihat keindahan baru dalam lukisannya adalah orang kreatif (Hariwijaya, 2009: 52).
Seorang istri yang mampu membuat masakan baru untuk suaminya adalah istri yang kreatif, dan seorang mahasiswa yang mampu menampilkan sesuatu yang berbeda dengan teman-temannya berarti juga termasuk dalam kategori mahasiswa kreatif. Kreatifitas memiliki wujud dari aspek kognitif seperti kemampuan pengetahuan pemahaman, analisis, sintesis, semua hal tersebut merupakan hasil dari aspek kognitif tersebut.
Teori kebutuhan Maslow
Abraham Harold Maslow (1908- 1970) merupakan orang Amerika dan seorang psikolog. Maslow merupakan seorang profesor di Alliant International university, Brandeis University, Brooklyn College, New School for social Research, and Columbia University. Maslow menekankan pentingnya berfokus pada kualitas manusia yang positif.
Sejak muda, Maslow percaya bahwa kekuatan fisik merupakan satu satunya karakter yang kuat dari seorang pria sehingga dia melatih tubuhnya dengan angkat beban dan berharap menjadi seorang yang berotot dan tampan. Namun dikarenakan wajahnya yang santai dan terlihat kutu buku dia tidak bisa mencapai keinginannya tersebut.
Maslow meninggal dunia pada tahun 1970 dikarenakan serangan jantung saat sedang berjogging. Maslow merupakan pioner di bidang psikologi. Sebutan humanistik psikologis merupakan sebutan baru yang dibuat Maslow untuk dirinya dimulai dari bagaimana memahami pikiran manusia.
Maslow merupakan seorang psikolog humanistik dimana humanis tidak percaya bahwa manusia dirangsang oleh kekuatan mekanik, naluri sadar (psikoanalisis), atau kebiasaan (behaviorisme). Humanis memiliki fokus pada potensi. Manusia memiliki batas batas diri dan potensi diri untuk menggapai capaian pada tingkatan tertentu atas usaha atau kemampuan. Manusia memiliki kreativitas untuk mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Maslow menyebut orang yang berada di tingkatan tertingginya dengan sebutan “orang aktualisasi diri”.
Teori yang dikemukakan oleh Maslow yaitu teori hierarki kebutuhan dasar manusia menjadi dasar dari perkembangan keilmuan lain yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar dibagi menjadi suatu tingkatan tertentu yang memprioritaskan kebutuhan manusia dari yang paling dasar.
Menurut Maslow, pemuasan kebutuhan didorong oleh kekuatan motivasi yaitu motivasi kekurangan (deficiency growth) dan motivasi perkembangan (motivation growth). Motivasi kekurangan adalah upaya yang dilakukkan manusia untuk memenuhi kekurangan yang dialami.
Sedangkan motivasi perkembangan adalah motivasi yang tumbuh dari dasar diri manusia untuk mencapai suatu tujuan diri berdasarkan kapasitasnya dalam tumbuh dan berkembang. Kapasitas atau kemampuan diri masing- masing orang berbeda- beda dan merupakan pembawaan.
Teori Kebutuhan Maslow yaitu teori hirarki kebutuhan memuat kebutuhan dasar manusia. Manusia diposisikan sebagai makhluk yang lemah dan terus berkembang, memiliki potensi diri untuk suatu pencapaian dan dipengaruhi oleh lingkungan untuk dapat tumbuh tinggi, lurus, dan indah.
Teori hirarki kebutuhan Maslow memiliki lima tingkatan kebutuhan dasar. Untuk mencapai kebutuhan dasar yang lebih tinggi, manusia tidak perlu memenuhi tingkatan sebelumnya.
Teori kebutuhan dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta, sayang dan kepemilikan, kebutuhan esteem, dan kebutuhan aktualisasi diri. Hirarki kebutuhan Maslow ini disusun membentuk segitiga dimana dasarnya memiliki luas yang lebih luas dan mengerucut keatas. Tingkatan paling bawah adalah kebutuhan yang paling dasar dan berlanjut pada tingkatan kedua ketiga dan seterusnya sampai tingkatan tertinggi di puncak piramida.
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yaitu terkait dengan kebutuhan tubuh secara biologis. Kebutuhan fisiologis termasuk makanan, air, oksigen, dan suhu tubuh normal. Kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan dasar yang menyokong kehidupan manusia. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar pertama yang akan dicari oleh manusia untuk mencapai kepuasan hidup. Apabila salah satu dari kebutuhan fisiologis ini tidak didapatkan, maka akan mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar selanjutnya.
Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan dasar yang kedua adalah keamanan. Ketika kebutuhan dasar pertama sudah terpenuhi, kebutuhan akan keamanan menjadi aktif. Kebutuhan keamanan ini lebih banyak pada anak- anak karena kesadaran mereka terhadap batasan diri masih kurang. Sehingga perlu adanya orang lain untuk memberikan keamanan bagi mereka. Pada orang dewasa, kebutuhan keamanan sedikit kecuali pada keadaan darurat, bencana, atau kegagalan organisasi dalam struktur sosial. Adanya situasi yang tidak menyenangkan membuat orang dewasa mencari tempat atau orang yang dapat memenuhi kebutuhan keamanannya.
Kebutuhan Cinta, Sayang, Kepemilikan
Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, tingkatan selanjutnya adalah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan kepemilikan. Maslow menyatakan bahwa orang mencari cara untuk mengatasi rasa kesepian atau kesendirian. Manusia membutuhkan rasa cinta, kasih sayang dan rasa memiliki. Tidak hanya dicintai, namun juga mencintai yaitu memberikan kebutuhan yang sama terhadap orang lain juga akan memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Terdapat dua jenis cinta yaitu Deficiency atau disebut juga dengan D- Love dan being atau B- Love. Kebutuhan cinta karena kekurangan itu termasuk D- Love dan orang yang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, misalnya pernikahan, hubungan spesial, harga diri. D- Love adalah cinta yang berfokus pada diri sendiri, yang lebih mementingkan cara memperoleh daripada cara memberi.
Sedangkan B- Love merupakan penilaian seseorang yang apa adanya tanpa adanya keinginan untuk memanfaatkan orang tersebut. Cinta yang tidak berniat memiliki, cinta yang memberikan dukungan pada orang lain untuk berkembang, cinta yan memberikan dampak positif, penerimaan diri dan rasa dicintai.
Kebutuhan Esteem
Kebutuhan esteem bisa termasuk kebutuhan harga diri maupun penghargaan dari orang lain. Ketika kebutuhan pada tingkat ketiga terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan esteem. Manusia memiliki kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain, dipercaya oleh orang lain, dan stabil diri. Ketika kebutuhan ini sudah dicapai maka tingkat percaya diri seseorang tersebut juga akan meningkat dan memiliki harga diri yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh terhadap peran sosial dan aktivitasnya dalam interaksi sosial. Apabila kebutuhan esteem ini tidak bisa dicapai, maka orang menjadi depresi, tidak percaya diri, harga diri rendah, dan merasa tidak berharga atau berguna. Bentuk harga diri di bagi menjadi dua jenis yaitu menghargai diri sendiri (Prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, kebebasan, kekuatan, kemampuan, kompetensi) dan mendapatkan penghargaan dari orang lain (Status, populer, terkenal, dominasi, apresiasi atas kerja keras, prestise, penghargaan berupa pujian dari orang lain, penilaian baik dari orang lain).
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan selanjutnya yang perlu dipenuhi setelah keempat kebutuhan yang lain terpenuhi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan suatu bentuk nyata yang mencerminkan keinginan seseorang terhadap dirinya sendiri. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk mencapai apa yang ingin dia lakukan. Misalnya seorang musisi harus bermusik, seorang seniman harus melukis, seorang penari harus berlatih gerak, seorang intelijen harus kreatif, inovatif dan pantang menyerah dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan sumpah intelijen dan lainnya.
Bentuk aktualisasi diri bukanlah hal yang mudah untuk dicapai karena perlunya dukungan dari berbagai pihak. Apabila kebutuhan ini tidak bisa dicapai akan memunculkan suatu kegelisahan, tidak tenang, tegang, merasa harga diri kurang. Aktualisasi diri digambarkan Maslow sebagai berikut acceptance and realism yaitu orang yang memahami dan memiliki persepsi realistis terhadap diri mereka sendiri, orang lain serta lingkungan di sekitarnya; Problem centering yaitu memiliki rasa untuk membantu orang lain memecahkan masalahnya, mencari solusi yang paling efektif terhadap permasalahan. Motivasi akan rasa tanggungjawab dan etika sosial menjadi dasar keinginannya; Spontaneity yaitu mampu bersikap spontan baik secara pikiran maupun perilaku. Orang dengan mudah menyesuaikan diri dengan orang lain atau lingkungan lain, aturan sosial, dan cenderung terbuka; Autonomy and Solitude yaitu orang dengan aktualisasi diri memiliki kebutuhan akan kebebasan dan privasi yang lebih tinggi; Continued Freshness of Appreciation yaitu orang dengan aktualisasi diri melihat dunia dengan penuh penghargaan dan kekaguman yang terus menerus. Rasa syukur atas setiap pengalaman sekecil apapun yang didapatkan akan menjadi sumber inspirasi dan kesenangan; Peak Experiences yaitu orang dengan aktualisasi diri memiliki rasa suka cita. Setelah semua pengalaman yang dia dapatkan, orang merasa terinspirasi, diperkuat, dan menjadi lebih baik.
Orang dengan aktualisasi diri berfokus pada masalah diluar diri mereka, memiliki sense yang kuat terhadap mana yang benar dan mana yang salah, spontan dan kreatif, dan tidak cenderung kaku terhadap peraturan sosial. Maslow menyadari orang dengan aktualisasi diri memiliki pandangan hidup yang lebih baik, penerimaan yang baik pada diri sendiri, orang lain, maupun dunia, menghadapi banyak masalah dan orang yang impulsif. Orang dengan aktualisasi diri yang baik sangatlah mandiri, dan menjadi privat ketika membahas tentang lingkungan dan budaya mereka, khususnya perkembangan diri dalam potensi dan inner resources pada dirinya.
Menurut Maslow, orang dengan aktualisasi diri memiliki kualitas sebagai berikut Truth dengan nilai-nilai dasar yaitu jujur, cantik, polos, bersih, relality; Goodness (kebenaran, kejujuran, uprightness, desirability, benevolence); Beauty (perfection, completion, aliveness, rightness, wholeness); Wholeness (terorganisasi, unity, sinergi, simplicity, terstruktur);
Dikotomi (resolution, acceptance, transcendence , contradictions, opposites); Aliveness (spontan, self- functioning, self- regulation); Unique (individuality, novelty, non comparability); Perfection (semuanya benar, tidak ada yang kurang); Necessity yakin pada jalannya dan tidak mudah terpengaruh dengan hal hal kecil; Completion (ending, fullfillment, justice); Justice (adil, tidak memihak, tidak setengah- setengah); Order (sesuai aturan dan hukum, terencana); Simplicity (abstrak, bluntness); Richness (totalitas, complexity, differentiation); Effortlessness (tidak terkekang, ease); Playfullness (fun, joy, amusement) dan Self- sufficiency (mandiri, memiliki keyakinan diri, autonomy).
Orang yang dapat mencapai aktualisasi diri akan mencapai kriteria tersebut sebagai cerminan seseorang yang baik secara individu baik pikiran maupun perilaku dan baik secara sosial hubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dengan aktualisasi diri lebih mampu mengendalikan diri dan menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, serta mampu menempatkan diri dan memberikan keputusan yang terbaik dalam segala situasi.
Revolusi mental dan pentingnya inovasi disruptif
Revolusi mental sudah banyak disebut – sebut oleh Presiden Jokowi. Beliau menyebut revolusi mental setiap kali dalam pidatonya, berharap agar akan adanya perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan baik dalam hal cara berpikir maupun dalam berperilaku. Sudah sangat banyak mental orang Indonesia yang sudah maju, namun ada pula yang masih terperosok dalam jurang kegelapan, membuat bangsa Indonesia tidak dapat maju. Sebetulnya, apa yang dimaksud dengan revolusi mental?
Apa pengertian revolusi mental? Mendengar kata revolusi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan dalam pelajaran sejarah pun kita sering menggunakannya, seperti halnya revolusi industri, pahlawan revolusi, dll. Jadi apa sih arti revolusi? Revolusi adalah sebuah perubahan dalam waktu yang singkat.
Menurut Aristoteles, revolusi dibagi menjadi dua macam. Pertama, perubahan total dari suatu sistem ke sistem yang berbeda. Kedua, modifikasi sistem yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun – tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode, durasi dan ideologi motivasi yang berbeda – beda. Revolusi tersebut menghasilkan perubahan – perubahan dalam budaya, ekonomi, dan sosial politik.
Sedangkan kata mental atau istilah panjangnya mentalitas adalah sebuah cara berpikir atau konsep pemikiran manusia untuk dapat belajar dan merespons suatu hal. Mental merupakan kata lain dari pikiran.
Sehingga, mentalitas dapat dikatakan sebagai cara berpikir tentang suatu hal. Cara seseorang berpikir ini dipengaruhi oleh pengalaman, hasil belajar, dan atau lingkungan juga dapat mempegaruhi pola pikir tersebut. Dari makna – makna kata di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengertian revolusi mental adalah perubahan cara berpikir dalam waktu singkat untuk merespon, bertindak dan bekerja.
Revolusi mental tidak hanya untuk negara saja, tetapi revolusi mental dalam pribadi masing – masing manusia juga dibutuhkan. Tujuan revolusi mental adalah agar kita dapat beradaptasi dan diterima oleh seluruh penjuru negeri. Dalam lingkup sempitnya, kita dapat diterima dengan mudah di dalam masyarakat karena kita dapat beradaptasi dengan cepat. revolusi mental membawa kita untuk dapat mengubah cara berpikir kita dimana pun berada. Itu suatu contoh revolusi mental dalam memandang suatu situasi dan kondisi. Revolusi mental menuntut kita untuk dapat bersikap mandiri dan dapat menyesuaikan diri di setiap keadaan.
Karena tak semua situasi dan kondisi kita harus diatur dan diarahkan oleh orang lain. Tidak setiap situasi membisikkan kita semua keadaan, terkadang apa yang kita lakukan menjadi sebuah kesalahan karena kita tidak mengaplikasikan revolusi mental. Kita harus belajar memahami dan berpikir secara menyeluruh untuk dapat mengubah cara pandang dan cara berpikir supaya menjadi dewasa. Waktu tidak akan pernah menunggu kita untuk berubah.
Orang, organisasi ataupun kementerian serta lembaga negara non kementerian yang sudah berhasil menjalankan revolusi mental dan tidak terjebak dalam “zona nyaman” jelas akan mampu menyikapi berbagai perubahan eksternal dan internal melalui strategi yang akan menambah tercapainya peak experiences mereka, karena sejatinya revolusi mental membutuhkan kerja keras dan sikap inovasi, termasuk inovasi disruptif yang notabene tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Tampaknya Kementerian/Lembaga yang enggan atau setengah hati melakukan revolusi mental perlu belajar dan berkaca dari pengalaman pihak lainnya, seperti beberapa tahun yang lalu, kita tidak pernah membayangkan perusahaan – perusahaan besar seperti Kodak dan Blackberry menghilang dari bisnis dunia. Kodak dahulu merupakan salah satu perusahaan yang memiliki pengaruh besar dalam bisnis fotografi.
Demikian juga dengan Blackberry, perusahaan besar dalam bisnis ponsel pintar. Mereka terpaksa keluar dari bisnis dunia bukan karena mereka kurang berinovasi, tetapi karena adanya inovasi – inovasi baru yang menendang mereka keluar dari bisnis – bisnis tersebut. Peristiwa tersebut dinamakan dengan inovasi disruptif, yaitu inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu.
Kata “disruptif” memberikan suatu kesan yang buruk terhadap peristiwa tersebut. Tetapi, apakah inovasi disruptif benar-benar merupakan suatu hal yang buruk? Ataukah inovasi disruptif merupakan peristiwa yang dapat memberikan dampak positif? Di awal kemunculannya, ojek online atau daring mendapatkan banyak pertentangan dari masyarakat, terutama masyarakat dengan profesi ojek konvensional dan supir angkutan kota (angkot). Benar saja, beberapa tahun kemudian kemunculan ojek daring merusak pasar mereka dan membentuk pasar yang baru.
Pendiri dan CEO (Chief Executive Officer) Global Gojek Nadiem Makarim, mengungkapkan bahwa rata-rata pendapatan dan pengeluaran mitra ojek daring meningkat setelah bergabung dengan Gojek. “Rata-rata pendapatan mitra pengemudi meningkat 44 persen sejak bergabung dengan Gojek. Rata-rata pengeluaran mitra pengemudi meningkat 31 persen sejak bergabung dengan Gojek,” katanya.
Selain itu, kemunculannya juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Suatu riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu berkontribusi Rp. 9,9 triliun per tahun bagi perekonomian Indonesia.
Dampak positif lain yang ada dari kemunculan ojek daring adalah kemudahan bagi masyarakat Indonesia secara umum. Dengan teknologi internet yang ada pada aplikasi ojek daring, masyarakat Indonesia dapat secara langsung memesan ojek di manapun mereka berada tanpa harus menunggu dengan lama. Masyarakat juga mengetahui argo perjalanan yang jelas, berbeda dengan ojek konvensional ataupun angkutan kota.
Kemudian, ojek daring mempermudah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak dibidang kuliner untuk memasarkan produknya kepada masyarakat luas melalui aplikasi ojek daring. Hal itu dapat memberikan kenaikan omzet bagi pemilik UMKM tersebut.
Ojek daring merupakan salah satu contoh nyata dalam inovasi disruptif. Jenis inovasi ini memang dapat menimbulkan dampak buruk, tetapi dibalik itu, inovasi disruptif juga memberikan banyak dampak positif. Di era modern ini, kita harus senantiasa berinovasi dan mengembangkan ide-ide yang kita miliki. Jika tidak, kita akan tergerus oleh inovasi-inovasi baru. Marilah kita melihat peristiwa inovasi disruptif ini sebagai suatu kesempatan bagi kita untuk terus berinovasi dan berani berpikir out of the box.
Untuk berani keluar dari “sikap zona nyaman”, maka organisasi ataupun K/L harus menerapkan blueprint reformasi birokrasi sebenar-benarnya bukan “lips service debureuacratization”, apalagi dalam pidato kemenangannya dalam Pilpres 2019 di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Presiden Jokowi akan membubarkan K/L yang tidak efektif dalam bekerja.
Reward and punishment adalah kunci menuju revolusi mental untuk menghapus sikap “stagnan di zona nyaman” khususnya terhadap mereka-mereka yang sudah diberikan amanah mengemban kemajuan K/L dengan menjabat lama sekali, namun ternyata minim melakukan terobosan atau inovasi.
Oleh karena itu, seharusnya dikalangan birokrasi tidak perlu ada resistensi atas rencana Presiden Jokowi membuat birokrasi menjadi “making delivered” dengan memangkas eselon III ke bawah, sehingga merit system benar-benar dilaksanakan untuk memilih eselon I dan II, dan program kerja setiap K/L dilakukan oleh kalangan pejabat fungsional agen (PFA). Semoga.
*) Penulis adalah pemerhati masalah birokrasi.
Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.