Foto: Panjat pinang, sumber foto: Genpi.co
Oleh Bustami Nasikun
Stramed, Di banyak daerah setiap memperingati HUT Kemerdekaan RI diadakan berbagai macam lomba mulai dari tarik tambang, tinju bantal diatas sungai, menangkap bebek di sungai, panjat pinang untuk mendapatkan banyak hadiah yang ditaruh diatas pohon pinang yang sudah dilumuri minyak bahkan oli sehingga sulit bagi peserta untuk dapat hadiah jika tidak bekerjasama dan beragam lomba lainnya.
Dari berbagai lomba tersebut, tampaknya lomba panjat pinang yang memiliki sejarah panjang, dimana lomba ini ada sejak jaman penjajahan Belanda, dan lomba tersebut dilakukan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda dan juga hajatan lainnya.
Lomba ini sebenarnya upaya penjajah Belanda menggunakan kondisi rakyat kita yang sangat miskin, dan mereka tertawa terbahak bahak ketika peserta panjat pinang melorot jatuh berkali kali dalam mencoba menggapai hadiahnya.
Menyadari bahwa lomba panjat pinang menggambarkan ironi kemiskinan dan eksploitasi terhadap kemiskinan serta tidak ada pelajaran budaya yang dapat dipetik dari lomba tersebut, maka Pemerintah Kota Langsa di Aceh melarang adanya lomba panjat pinang dan seharusnya hal ini didukung semuanya.
Di usia ke 74, kemiskinan tetap jadi momok yang masih gagal dicarikan solusinya oleh pemerintah. Walaupun diklaim jumlah kemiskinan selalu menurun biasanya oleh BPS, faktanya rakyat susah mencari pekerjaan walaupun sudah sarjana, apalagi tenaga kerja asing terus datang membanjiri lapangan kerja di Indonesia sampai ke pelosok negeri yang katanya disebut jamrud katulistiwa ini. Dampaknya daya beli turun lihat saja di mall mall, kebanyakan yang berbelanja atau makan berwajah bukan wajah asli pribumi Indonesia.
Berita berita terkait ekonomi kita sepertinya manis di berita tapi pahit di kenyataan. Sepertinya hal tersebut keberhasilan cipta kondisi di media yang sebenarnya menelikung ironi kemiskinan di Indonesia. Ibarat lomba panjat pinang, kita sedang terpingkal pingkal menertawai kegagalan kita memerangi kemiskinan.
*) Penulis adalah pemerhati sosial dan budaya
Disclaimer: Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.