KN. Perusahaan barat yang meninggalkan Rusia telah memberikan kontribusi ke anggaran Kremlin sebesar 35,7 miliar rubel (USD385 juta atau setara Rp6 triliun dengan kurs Rp15.605 per USD) di sepanjang tahun 2024 ini. Data tersebut tercatat sudah melampaui ekspektasi setahun penuh.
Sebelumnya Rusia terus memperketat persyaratan keluar untuk perusahaan yang pergi dari Moskow. Bagi perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia harus mendapatkan persetujuan dari komisi pemerintah, lalu ada diskon 50% untuk setiap penjualan dan kontribusi terhadap anggaran federal setidaknya 10% dari harga jual. Hal itu dijuluki oleh Washington sebagai ‘pajak keluar’ ketika pihak berwenang Rusia mewajibkan perusahaan asing yang keluar untuk membayar kontribusi sebesar 5% atau 10% dari nilai pasar. Sejak Desember 2022, Komisi Pemerintah Rusia telah mengenakan biaya kontribusi atas setiap perubahan kepemilikan anak perusahaan Rusia sebesar 10% dari harga transaksi.
Pada bulan Maret 2023, biayanya diubah menjadi 5% dari nilai pasar anak perusahaan Rusia. Biaya ini terkadang disebut sebagai “pajak keluar”, namun secara teknis bukan pajak yang dipungut oleh Komisi Pemerintah Rusia. Reuters melaporkan pada tahun lalu, bahwa beberapa perusahaan asing yang mencoba keluar dari Rusia, bakal dibebani lonjakan besar dalam hal biaya karena Moskow menuntut diskon yang lebih besar. Harian RBC Rusia pertama kali melaporkan data pada hari Rabu, mencatat bahwa kenaikan kontribusi anggaran bikin biaya untuk keluar dari Rusia semakin tinggi. Bank sentral mengatakan, bahwa bank-bank Rusia telah meminjamkan sekitar 500 miliar rubel (USD5,4 miliar) untuk kebutuhan transaksi ysaat perusahaan asing keluar dari pasar pada akhir 2023. Sebelumnya Pemerintah Rusia juga mengenakan kenaikan pajak bagi perusahaan besar di negara itu. Hal ini terjadi setelah negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut mengalami defisit keuangan yang cukup dalam setelah perang dengan Ukraina. Rancangan undang-undang untuk mengenakan pajak rejeki tak terduga sebesar 10% pada perusahaan besar Rusia mendapatkan restu dari pemerintah. Peraturan ini menargetkan perusahaan yang setiap tahun menghasilkan lebih dari 1 miliar rubel atau Rp178 miliar.
Pada kuartal pertama 2023, Rusia membukukan defisit hampir 2,4 triliun rubel, berbalik tajam dari surplus lebih dari 1 triliun rubel pada kuartal pertama 2022. Negara ini membukukan penurunan pendapatan energi triwulanan sebesar 45% menjadi 1,64 triliun rubel, per data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan Rusia pada 7 April.
Jumlah perusahaan Barat yang meninggalkan Rusia akibat adanya sanksi Barat diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Denis Manturov. Terungkap bahwa hanya sekitar 20% dari perusahaan besar Eropa yang meninggalkan Rusia , sementara dari Amerika Serikat (AS) mencapai 16%.
Diterangkan juga oleh Manturov yang juga menjabat sebagai menteri perdagangan dan industri, bahwa banyak perusahaan raksasa Barat tetap bertahan di Rusia dan bahkan terus meningkatkan investasi. “Angka ini dari Asosiasi Bisnis Eropa. Dari 500 perusahaan besar Eropa – saya tidak menghitung mereka yang omzetnya kurang dari setengah miliar rubel per tahun – hanya 100 yang secara resmi pergi sejauh ini, yaitu 20%,” kata Manturov saat mengunjungi exhibition-forum di Moskow.
Wakil perdana menteri juga menyoroti bahwa 66 dari 350 (sekitar 19%) perusahaan besar Amerika di Rusia telah pergi. “Ini menunjukkan bahwa pasar kami dan potensi kami masih menarik, terutama dengan mempertimbangkan biaya sumber daya energi. Anda lihat apa yang terjadi di Eropa di mana perusahaan secara bertahap menyusut,” kata Manturov. Pemerintah Rusia ditekankan bakal terus menarik investasi asing dan akan menciptakan kondisi yang diperlukan, khususnya bagi asing, serta investor dan pemilik bisnis, menurut Manturov. “Ini berlaku untuk negara-negara yang tidak bersahabat dan bersahabat. Kami selalu terbuka untuk dialog dan investor yang masuk akal.” Sementara itu Presiden Rusia, Vladimir Putin belum lama ini mengkonfirmasi bahwa pasar akan tetap terbuka dan kompetitif, meskipun ada upaya Barat untuk mengisolasinya. Dia mengatakan, kepergian perusahaan Barat memberikan manfaat bagi perusahaan domestik, untuk “segera mengambil alih.” Rusia memiliki sumber daya yang cukup, serta pekerja dan manajer yang memenuhi syarat untuk “memastikan bahwa semuanya berjalan lancar,” ungkap Putin.