Daya beli terus tergerus, risiko penurunan pada pertumbuhan PDB di bawah 5% pada 2025

KN. Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan Indeks Keyakinan Konsumen yang melambat pada Maret 2025 dan terjadi selama tiga bulan berturut-turut menandakan peningkatan tekanan pada daya beli rumah tangga.

Fithra menggarisbawahi tekanan pada daya beli rumah tangga terjadi di tengah menyusutnya kelas menengah dan meningkatnya beban biaya, terutama di daerah perkotaan.

Sekadar catatan, Indeks Keyakinan konsumen Indonesia terus menurun pada Maret 2025, turun ke 121,1 dari 126,4 pada Februari, menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut dan level terendah sejak Oktober 2024.

Samuel mengutip data Bank Indonesia yang melaporkan ke enam subkomponen indeks tersebut turun, menandakan pesimisme yang meluas di kalangan konsumen. Khususnya, persepsi ketersediaan pekerjaan turun tajam sebesar 8,3 poin menjadi 125,9, sementara pandangan terhadap kondisi pekerjaan dibandingkan dengan enam bulan lalu merosot mendekati ambang batas netral 100 poin, turun 5,9 poin menjadi 100,3—yang menunjukkan meningkatnya ketidakamanan pekerjaan.

Komponen yang berwawasan ke depan juga goyah: indeks ekspektasi konsumen turun 7 poin menjadi 131,7, dan ekspektasi penghasilan selama enam bulan ke depan turun 6,3 poin menjadi 137.

Subindeks kondisi ekonomi saat ini turun menjadi 110,6, yang mencerminkan berkurangnya kepercayaan pada keuangan rumah tangga jangka pendek.

Ke depannya, erosi terus-menerus dalam sentimen konsumen menimbulkan risiko signifikan terhadap permintaan domestik, khususnya konsumsi, yang tetap menjadi mesin utama pertumbuhan Produk Domestik Bruto.

Dengan inflasi yang masih rendah, tetapi rupiah tertekan dan upah riil stagnan, maka hambatan pada pengeluaran tersier atau diskresioner dapat meningkat, khususnya di antara kelompok berpenghasilan menengah yang rentan.

Fithra mengatakan penurunan berkelanjutan dalam keyakinan konsumen dapat menekan konsumsi rumah tangga, pendorong utama PDB Indonesia. “Jika daya beli terus melemah, bisnis yang bergantung pada permintaan domestik —seperti ritel, barang konsumsi, dan jasa— mungkin menghadapi pertumbuhan yang lebih lambat.”

Dengan demikian, pada tahap siklus pasar ini, Fithra melihat risiko penurunan pada pertumbuhan PDB di bawah 5% pada 2025.

  • Related Posts

    Total Utang Pemerintah Rp10.269 T di Akhir 2024

    KN. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan posisi kewajiban pemerintah, termasuk utang jangka pendek dan panjang, mencapai Rp 10.269 triliun pada akhir 2024. Hal ini diungkapkan dalam penyampaian keterangan pemerintah…

    Danantara Bakal Dapat Pendanaan dari Bank Asing

    KN. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagatha Nusantara (Danantara) menerima tambahan pendanaan baru sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 161,85 triliun (Kurs Rp 16.185/US$) pada bulan Juli ini. Hal…

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *