
KN. Keuntungan Indonesia usai menjadi anggota penuh BRICS dari aspek geopolitik.
Peluang kerja sama lebih luas
Pengamat hubungan internasional sekaligus dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Sya’roni Rofii, mengatakan Indonesia punya lebih banyak peluang kerja sama usai menjadi anggota resmi BRICS.
Menurut dia, BRICS memiliki dimensi ekonomi dan politik. Sya’roni juga menilai secara ekonomi kelompok BRICS merupakan kekuatan ekonomi terbesar setelah G7.
Sementara itu, secara politik dua anggota BRICS merupakan anggota Dewan Keamanan PBB yakni Rusia dan China.
Jadi media perjuangkan Palestina
Sya’roni juga mengatakan keuntungan lain Indonesia menjadi anggota tetap BRICS.
Lebih lanjut, dia memandang kelompok BRICS bisa mengimbangi kekuatan Barat yang selama ini mendominasi tatanan dunia.
Menteri Luar Negeri RI Sugiono juga sempat mengatakan dampak positif bergabung BRICS. Sugiono memandang BRICS merupakan forum multilateral dan inklusif. Organisasi, kata dia, juga turut memperjuangkan isu global yang kerap disuarakan Indonesia “khususnya adalah kemerdekaan Palestina.”
Jaga keseimbangan AS-China
Pengamat isu geopolitik dari Universitas Indonesia Yon Machmudi mengatakan dampak lain Indonesia resmi menjadi anggota BRICS adalah untuk menjaga keseimbangan di tengah rivalitas Amerika Serikat dan China.
Selama ini, Yon memandang kecenderungan Indonesia memiliki kedekatan dengan Amerika dan pada satu sisi dengan China.
Indonesia juga telah bergabung dengan forum atau organisasi di mana AS menjadi anggota. RI lalu berupaya untuk menjaga relasi China dengan mengikuti forum digawangi Negeri Tirai Bambu.
Secara geopolitik, Indonesia lebih dekat dengan China. Menurut Yoon mereka juga enggan dikeluarkan dari negara Asia Timur itu.
Usung kembali semangat KAA
Yon juga menilai penetapan anggota tetap Indonesia di BRICS bukan hal baru.
Situasi itu mengingatkan semangat solidaritas yang pernah digagas Indonesia pada Konferensi Asia Afrika (KAA).
KAA bertujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan budaya Afrika-Asia dan untuk menentang kolonialisme atau neokolonialisme dari negara mana pun.
Pertemuan puncak KAA menjadi gerbang pembentukan Gerakan Non Blok (GNB).