LISTRIK MATI : KARENA TEKNIS ATAU SABOTASE

Foto: Ilustrasi, sumber foto: Pln.co.id

Oleh : Agung Wahyudin

Sejak Minggu 4 Agustus 2019 dari pukul 11.30 WIB sampai sekitar pukul 20.30 WIB (khusus di wilayah DKI Jakarta) pemadam listrik terjadi secara serentak dari Jawa sampai Bali, bahkan warga diseputaran Depok, Jawa Barat, pemadam listrik berlanjut sampai Senin 5 Agustus 2019, termasuk di Jakarta juga terjadi pemadaman listrik kembali pada 5 Agustus 2019 mulai sekitar pukul 08.25 WIB sampai pukul 11.20 WIB mulai berakhir.

Akibat kejadian tersebut, PLN langsung meminta maaf kepada para pelanggannya dengan mengeluarkan siaran pers. Dalam siaran persnya yang beredar di media sosial, PLN memohon maaf atas pemadaman yang terjadi akibat Gas Turbin 1 sampai dengan 6 Suralaya mengalami trip, sementara Gas Turbin 7 saat ini dalam posisi mati (Off). Selain itu Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin Cilegon juga mengalami gangguan atau trip. Gangguan ini mengakibatkan aliran listrik di Jabodetabek mengalami pemadaman.

“Kami mohon maaf sebesar-besarnya untuk pemadaman yang terjadi, saat ini upaya penormalan terus kami lakukan, bahkan beberapa Gardu Induk sudah mulai berhasil dilakukan penyalaan”Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka.

Di Jawa Barat Jabar terjadinya gangguan pada Transmisi SUTET 500 kV mengakibatkan padamnya sejumlah Area sbb : Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi dan Bogor.

“Sekali lagi kami mohon maaf dan pengertian seluruh pelanggan yang terdampak akibat gangguan ini, kami berjanji akan melakukan dan mengerahkan upaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki sistem agar listrik kembali normal” tutup Made.

PLN Memohon maaf untuk pemadaman yang terjadi akibat gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. Dari sisi perbaikan penyebab gangguan sudah dilaksanakan pengamanan GSW yang putus, dan penyalaan kembali GT di Suralaya, akan dilaksanakan scanning assesmeny kondisi GSW yang setipe dan pengaturan beban dari UP2B untuk meminimalisir pemadaman.

Masih juga beredar informasi di media sosial terkait sistem Jawa Bali bahwa mampu pasok Jawa Bagian Barat yaitu KIT area Jakarta dan Banten sebesar 3.450 MW, KIT area Jawa Barat sebesar 4.000 MW dan transfer Tengah-Barat sebesar 3.200 MW, sehingga total mampu pasok sebesar 10.650 MW. Sementara itu, beban di Jawa Bagian Barat sebanyak 15.968 MW, sehingga Jawa Bagian Barat akan defisit sebesar 5.318 MW dengan rincian padam adalah Disbanten sebesar 1.548 MW, Disjaya sebesar 1.315 MW dan dis Jabar sebesar 2.455 MW.

Sebenarnya dari beberapa sumber, penulis mendapatkan penjelasan bahwa kondisi di PLTU Labuan Banten saat ini sedang overhaul sejak 2 minggu yang lalu dan sudah ditangani para karyawan PLN, walaupun publik belum mengetahui sejauh ini recovery di tingkat PLN Pusat untuk mengatasi masalah ini.

Banyak informasi yang beredar bahwa pemadaman listrik pada 4 Agustus dan 5 Agustus 2019, karena imbas dari sistem 500 KV di Pemalang, Jawa Tengah. Sebenarnya, sejak Rabu, 31 Juli 2019, pasokan listrik memang sempat terganggu karena ada masalah di PLTU Jepara. Pada saat itu, semua pembangkit disiagakan untuk mengantisipasi pasokan listrik ke masyarakat, karena semua pembangkit didaerah Jabodetabek dan Banten kurang berfungsi semua.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah pemadaman listrik ini terjadi semata-mata karena ketimpangan proses “supply and demand” ataukah karena ada faktor sabotase. Tampaknya, Presiden Joko Widodo perlu memerintahkan jajaran Badan Intelijen Negara (BIN) dan komunitas intelijen lainnya untuk menyelidikinya.

Pasalnya, Jokowi harus berhati-hati dengan kasus pemadaman listrik yang terjadi di Kiev, Ukraina 1 minggu menjelang Hari Natal tahun 2017 yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan Ukraina saat ini. Banyak pakar dan peneliti cybersecurity menemukan bahkan rusaknya transmisi listrik di Kiev, Ukraina saat ini disebabkan karena sabotase yaitu adanya serangan malware (virus computer) yang menyebabkan fungsi penyaluran listrik menjadi rusak.

Menurut firma Cybersecurity, ESET dan Dragos Inc. menjelaskan bahwa serangan malware di tahun 2017 tersebut terjadi di fasilitas kelistrikan daerah Ukrenergo 7 bulan sebelum pemadaman listrik serentak atau blackout, dalam arti yang lain sabotase berbeda hacker terhadap infrastruktur listrik, dimana virusnya diberi nama “Industroyer” or “Crash Override,”. Pemakaian virus untuk merusak sistem fisik juga pernah dilakukan oleh AS dan Israel dengan menyerang fasilitas nuklir Iran tahun 2009, menurut temuan Stuxnet. Menurut Robert Lipovsky, peneliti security di ESET mengatakan, pemadaman listrik secara mendadak dan meluas jelas memiliki tujuan politis (https://www.wired.com/story/crash-override-malware/)

*) Penulis adalah peneliti masalah kelistrikan

Disclaimer : Setiap opini di media ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.

Related Posts

Total Utang Pemerintah Rp10.269 T di Akhir 2024

KN. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan posisi kewajiban pemerintah, termasuk utang jangka pendek dan panjang, mencapai Rp 10.269 triliun pada akhir 2024. Hal ini diungkapkan dalam penyampaian keterangan pemerintah…

Danantara Bakal Dapat Pendanaan dari Bank Asing

KN. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagatha Nusantara (Danantara) menerima tambahan pendanaan baru sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 161,85 triliun (Kurs Rp 16.185/US$) pada bulan Juli ini. Hal…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *