Foto: FGD bertajuk ” Peran Pangan dalam Ketahanan Nasional” ,Rabu (07/08), di Kedai Kopi Banksaku, jalan Biak, Jakarta Pusat, Stramed/BK
Stramed, “Soal pangan, kita tidak bisa menilai optimis atau pesimis. Tetapi menyiapkan ketersediaan pangan untuk ketahanan nasional adalah harus dan tidak bisa ditawar-tawar lagi”, kata S Indro Tjahyono, analis pangan, dalam forum group discussion (FGD) bertajuk ” Peran Pangan dalam Ketahanan Nasional” ,Rabu (07/08), di Kedai Kopi Banksaku, jalan Biak, Jakarta Pusat. Hadir pula sebagai narasumber adalah Mayjen (Purn) Saurip Kadi dari Kemenko Politik dan Keamanan, Imam Mustofa dari HKTI, dan Yakub dari INAgri.
Indro menambahkan bahwa ketersediaan pangan kita belum disiapkan untuk mendukung ketahanan nasional. Faktor-faktor produksi pertanian pangan kita masih rapuh. Lahan pertanian menetap untuk kepastian produksi pangan dalam negeri sampai sekarang belum disiapkan.
Di samping itu pengadaan bibit, pupuk, air, dan teknologi pertanian masih labil dan belum diarahkan untuk mewujudkan ketahanan nasional. Kehidupan petani juga rapuh, karena nilai tukar sektor pertanian tidak dijadikan tolok ukur keberlanjutan usaha tani. “Padahal dalam percaturan politik global strsategi embargo kerap digunakan. Uni Soviet hancur, karena tidak punya kemandirian pangan”, tambah Indro.
Mayjen (Purn) Saurip Kadi dengan lantang mengatakan ” Kita harus bisa bersikap tegas, kalau memang kita nilai kebijakan yang ada tidak handal, kebijakan itu harus cepat diganti”. Ditambahkan, Bulog dulu sebenarnya dibangun untuk membangun kemandirian dan ketahanan pangan. Tapi sekarang statusnya berubah dan tidak mampu menetapkan harga pembelian beras yang layak yang sesuai dengan biaya produksi padi yang riel.
Narasumber dari HKTI, Imam Mustofa mengungkapkan: “FAO menggunakan istilah keamanan pangan atau food security sebagai syarat dalam mewujudkan ketahanan nasional suatu negara”. Keamanan pangan bisa terwujud kalau kebutuhan pangan individu dan kebutuhan kolektif pangan dalam suatu negara terpenuhi. Imam menekankan: “Ketahanan nasional dapat diwujudkan jika ada ketersediaan pangan, akses memperoleh pangan, dapat menggunakan pangan, dan stabilitas produksi pangan”.
Achmad Yakup dari INAgri mengingatkan adanya kesalahan dalam kebijakan pangan terkait diversifikasi pangan untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dalam diversifikasi pangan kita malah mengutamakan gandum sebagai produk impor yang justru memperbesar ketergantungan dan bukan pangan lokal. ” Untuk ketahanan nasional, pemerintah harus memastikan otoritasnya dalam penguasaan lahan bahkan memiliki lahan cukup untuk pangan yang dikelola oleh usaha milik negara”, ujar Yakup.
Indira dari Asosiasi Ahli Kebijakan Indonesia dan Lemhanas yang hadir dalam acara itu mengatakan bahwa di samping kebijakan pertanian harus bersifat otentik atau digali dari permasalahan dalam negeri. Tapi selanjutnya kuncinya kita harus punya sistem dan leadership dalam melaksanakan kebijakan tersebut.