Foto: Presiden Joko Widodo saat bertemu Prabowo, sumber foto: Wartakota.com/Alex Suban
Oleh : Wildan Nasution
Pertemuan bersejarah antara Presiden Joko Widodo alias Jokowi dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto telah mendapatkan sinyal positif dari berbagai kalangan, walaupun ada beberapa kelompok kepentingan yang kurang sepakat dengan pertemuan tersebut, namun dampaknya relatif kecil dari sikap penolakan mereka.
Partai Gerindra menyatakan Sang Ketua Umum, Prabowo Subianto, akan menjelaskan langsung kepada para pendukungnya soal isi pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pertemuan Prabowo dengan para pendukung ini disebut tengah dijadwalkan untuk meredakan kemarahan pendukung usai pertemuan Prabowo dengan Jokowi.
“Tentu nanti akan ada pertemuan antara Pak Prabowo dengan pendukung ya. Lagi diagendakan, dijadwalkan. Kita akan jelaskan bahwa kita bertemu dengan Pak Jokowi sekali lagi bukan bicara bagi-bagi kursi, bukan berarti kami pasti masuk pemerintah, tapi bagaimana banyak hal yang harus kita bicarakan,” kata anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade saat dihubungi, Minggu (14/7/2019).
Partai Gerindra menegaskan Prabowo pasti akan memberi penjelasan terkait pertemuan itu. “Insyaallah ada saatnya Pak Prabowo akan menjelaskan. Yang pasti Pak Prabowo dan Gerindra sangat menghormati para tokoh ulama, habaib dan kiai,” kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Mulyadi, Minggu (14/7/2019). Mulyadi mengenang perintah Prabowo untuk menemui Ustaz Abdul Somad.
Menurutnya, Prabowo masih menghormati dan menghargai pandangan para ulama saat itu terkait sosok cawapres. “Saya masih ingat saat saya diutus untuk menemui Ustaz Abdul Somad untuk mengajak diskusi terkait hasil Ijtimak karena saking menghormati rekomendasi ulama terkait cawapres. Saya terus diminta memberikan update report untuk kesediaan UAS, walau akhirnya UAS tidak bersedia,” jelas Mulyadi.
Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Fadli Zon berbicara soal pertemuan Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Fadli bahkan memuji jiwa besar sang ketum. “Pertemuan Pak @prabowo kemarin sekali lagi menunjukkan jiwa besar,” kata Fadli Zon di Twitter resminya, Minggu (14/7/2019).
Fadli punya penilaian tersendiri soal pertemuan Prabowo dengan Jokowi. Dia yakin Prabowo mengedepankan kepentingan bangsa. “Saya yakin beliau mengedepankan kepentingan yang lebih besar, kepentingan bangsa, untuk saat ini,” ucap Fadli Zon.
Sementara. Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menilai pertemuan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan mantan rivalnya dalam Pilpres 2019 Prabowo Subianto sebagai momen untuk menyampaikan pesan damai dan ajakan untuk mengakhiri polarisasi di masyarakat. Menurut Bamsoet, pertemuan itu mengakhiri rivalitas di antaranya keduanya.
“Peristiwa pertemuan di Stasiun MRT Lebak Bulus itu mengandung ragam makna. Sebagian masyarakat akan menerjemahkan pertemuan itu sebagai bukti nyata berdamainya dua tokoh yang sebelumnya bersaing di ajang pemilihan presiden (Pilpres) 2019, pun menjadi menjadi penanda telah berakhirnya rivalitas kedua sosok tersebut,” kata Bamsoet dalam keterangannya, Senin (15/7/2019).
Namun, menurut Bamsoet, makna utama dari pertemuan tersebut adalah urgensi merajut kembali persatuan dan kesatuan serta mengakhiri polarisasi di masyarakat karena perbedaan pilihan politik. Bamsoet mengatakan harmonisasi kehidupan bermasyarakat harus segera dipulihkan.
Sinyal positif dikemukakan PDIP. PDIP mengapresiasi pertemuan antara Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. PDIP menilai, setelah pertemuan ini, akan kelihatan siapa saja yang selama ini bermain di air keruh. Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengatakan akhirnya momen pertemuan antara Jokowi dan Prabowo terjadi. Ini, menurutnya, adalah momen penting yang ditunggu-tunggu rakyat.
Respons positif juga datang dari PKPI. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) mengungkapkan alasan Presiden Joko Widodo memilih Moda Raya Terpadu (MRT) saat bertemu dengan Prabowo Subianto.
PKPI menilai MRT jadi simbol untuk menatap Indonesia ke depan. “Inilah makna dari keduanya (Jokowi-Prabowo) berada di MRT, untuk meluncur bersama dalam kendaraan besar, yaitu Indonesia, Indonesia maju menuju adil dan makmur,” ujar Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan kepada wartawan, Sabtu (13/7/2019). Verry juga mengapresiasi pertemuan antara Jokowi dan Prabowo. Menurutnya, pertemuan ini juga sekaligus menepis isu liar yang berkembang di masyarakat.
“Ini juga menganulir isu atau fitnah yang dikembangkan oleh beberapa pihak yang kurang bertanggung jawab, misalnya yang menyatakan bahwa pendukung 02 yang menginginkan pertemuan berarti meminta ‘jabatan atau posisi di pemerintahan’ serta pendukung 01 yang menginginkan pertemuan adalah untuk memperoleh ‘justifikasi atas kecurangan’,” katanya.
Sedangkan, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono memandang pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Prabowo Subianto perlu dicontoh oleh para pendukung keduanya. Poyuono berharap, seusai pertemuan ini, masyarakat bersatu. “Pertemuan ini sekaligus menutup buku cerita pesta demokrasi Indonesia kita, yang diakhiri dengan everybody happy, yang nantinya bisa menjadi bahan bacaan bagi generasi berikutnya,” tutupnya.
Meneruskan sinyal positif
Pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto telah menimbulkan reaksi/respons yang cukup beragam, walaupun mayoritas respons menunjukkan sinyal positif. Sejauh ini, hanya PKS, Persaudaraan Alumni 212 dan PAN yang kurang memberikan tanda positif terkait pertemuan tersebut.
Pertemuan Jokowi-Prabowo Subianto memang sebuah keniscayaan untuk direalisasikan dalam rangka menghilangkan polarisasi bahkan segregrasi ditengah masyarakat, sebagai efek memanasnya tensi persaingan politik dalam Pemilu 2019. Terealisasinya pertemuan ini juga disebabkan karena kedua tokoh mengedepankan persatuan dan kesatuan Indonesia. Disamping itu, juga karena keduanya menyadari tantangan dan ancaman yang dihadapi pemerintahan dalam 5 tahun ke depan akan semakin berat.
Dalam perkembangannya, pasca pertemuan Jokowi-Prabowo tetap perlu diwaspadai kemungkinan reaksi negatif kelompok yang kurang senang dengan peristiwa tersebut, walaupun sejauh ini kemungkinan dan kemampuan kelompok yang anti pertemuan Jokowi-Prabowo untuk mempolitisir atau “mengganggu” di lapangan masih dalam skala minor, apalagi jika pasca pertemuan tersebut ada kesediaan Partai Gerindra masuk dalam kabinet.
Penulis adalah pengamat masalah politik. Tinggal di Batam, Kepri.