Foto: Testimoni mengenang Ucok, yang disampaikan oleh Isti Nugroho, Sei Bintang Pamungkas dan Hikmat Subiadinata, dan lain-lain yang diadakan di Rumah Kedaulatan Rakyat jalan Guntur 49, Jakarta Selatan, Senin, (12/08), BK.
Stramed, Hari ini seorang aktivis mati dalam sunyi. Gegap gempita reformasi, yang juga ia perjuangkan. Tinggal narasi basi.
Untuk mengenang Ucok para aktivis yang mengenal Ucok memberikan testimoni mengenai Ucok. Acara mengenang Ucok yang diadakan di Rumah Kedaulatan Rakyat di jalan Guntur 49 Jakkarta Selatan.
Dalam testimoninya Isti Nugroho menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui siapa nama sebenarnya Ucok, keluarganya dari mana, hingga kemudian dia bernama Ucok Guntur 49. Katanya pada tahun 1998 Ucok tinggal di kantor PDIP di Jakarta Timur, ujar Isti.
Ucok juga mengalami peristiwa Kudatuli, dan sekira tahun 2003, Ucok sudah hidup menggelandang. Kenapa kita mengenang Ucok, Ucok ini adalah suatu monumen kekalahan, penderitaan, dan getirnya kekejaman rezim, jelas Isti Nugroho.
Selain itu ucok juga sebagai simbol perlawanan, dimana sampai akhir hayatnya Ucok tidak pernah berhenti melawan penindasan. Kawan-kawan yang mengantarkan Ucok ke tempat peristirahatannya yang terakhir, tambah Isti.
Saya pertama kali mengenal ucok di mimbar bebas di gedung PDIP di jjalan Diponegoro 58, dan pada 2009 kita melakukan aksi yang panjang yang dipimpin oleh Sri Bintang Pamungkas dari bulan Desember 2009 sampai 2 mei 2010, ujar Hikmat Subiadinata.
Walaupun Ucok pernah menjadi korban, tapi dia tetap terus mengikuti aksi-aksi perlawanan terhadap rezim yang dianggapnya menindas rakyat, jelas Hikmat.
Dalam aksi yang panjang tersebut Ucok banyak bercerita mengenai kegemarannya terhadap Widji Tukul dan Amir Husein Daulay, terang Hikmat.
Dalam aksi mimbar bebas banyak yang beranggapan bahwa ucok tidak memiliki semangat juang, tapi justru sebaliknya bahwa semangat juang Ucok cukup tinggi, dan itu terlihat jelas dari orasi-orasinya, tambah Hikmat
Sri Bintang Pamungkas pun memberikan testimoninya mengenai Ucok. Sri Bintang Pamungkas menyampaikan bahwa dalam rangka revolusi Desember 2009, kita memulai aksi yang cukup panjang.
Ucok tidak pernah berhenti melakukan perlawanan. Ucok hadir beberapa kali di posko revolusi Desember yang kita buat di depan gerbang DPR RI, jelas SBP
Saya mendengar dari beberapa teman bahwa Ucok pernah berorasi di mimbar bebas di gedung PDIP tahun 1996 silam, ujar Sri Bintang.
Dan dugaan saya, Ucok mengalami trauma yang cukup mendalam, Ucok adalah profil aktivis miskin, tidak punya kerjaan, tidak punya tempat berteduh dari hujan dan panas. terang Bintang.
Dan di Guntur 49 ini jika bertemu ada keinginannya untuk berbicara, dan tidak segan dia mengatakan kalau dirinya belum makan. Profil Ucok ini luar biasa, anda bisa bayangkan, dia mengatakan bahwa dia belum makan, dan itu dikatakan beberapa kali, dan saya sangat sedih jika dia mengatakan hal itu disaat saya tidak punya uang, ungkap SBP.
Itulah profil lain dari seorang aktivis atau mantan aktivis yang cidera, karena di pukuli, di siksa, dan tidak punya tempat tinggal, lalu tinggal berpindah-pindah tempat, dari Taman Ismail Marzuki, Rumah Kedaulatan Rakyat di Jalan Guntur 49, dan LBH Jakarta, tambah Sri Buntang Pamungkas.(BK)