KN. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi pengiriman 250 peluncur rudal balistik taktis baru ke pasukan garis depan perbatasan dengan Korea Selatan, media pemerintah KCNA melaporkan. Peluncur tersebut digunakan sebagai senjata serangan taktis modern yang dirancang sendiri oleh Kim dan siap untuk dipindahkan ke unit Tentara Rakyat Korea di perbatasan dengan Korea Selatan.
Korea Utara mengatakan telah menguji coba rudal balistik taktis baru bulan lalu.
Dalam pidatonya, Kim menyalahkan Amerika Serikat karena menciptakan “blok militer berbasis nuklir” yang memaksa negaranya untuk lebih memperkuat kemampuan militer.
Seorang juru bicara kementerian penyatuan Seoul yang menangani urusan antar-Korea mengatakan program nuklir dan rudal ilegal Korea Utara merupakan ancaman utama bagi perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea.
Cha Du Hyeogn, peneliti utama di Asan Institute for Policy Studies, mengatakan bahwa Pyongyang ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menyerang tetangganya. Retorika
Korea Utara yang semakin keras kemungkinan juga ditujukan pada pemilihan presiden AS, kata Cha, yang berpotensi mempersiapkan landasan bagi negosiasi jika mantan Presiden AS Donald Trump menang.
Kim dan Trump mengadakan sejumlah pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya sebelum pertemuan puncak di Vietnam pada tahun 2019 gagal karena sanksi.
Di sisi lain, Seoul dan Washington mengadakan latihan militer tahunan bersama pada bulan Agustus yang dikenal sebagai Ulchi Freedom Shield.
Korea Utara telah lama mengecam latihan gabungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan sebagai latihan untuk invasi. Di hadapan pasukan dan ilmuan militer Korea Utara, Kim dalam pidatonya mengatakan Pyongyang akan meningkatkan kesiapan nuklir dalam waktu dekat untuk mencegah ancaman nuklir dan melindungi dirinya sendiri.







